Pemprov Tangani Konflik Manusia dengan Satwa Liar

Pemerintah Provinsi Lampung menggelar Rapat Koordinasi Tim Penanggulangan Konflik Manusia dan Satwa Liar di Provinsi Lampung, di ruang rapat Sakai Sambaian, kantor Gubernur Lampung, Rabu (13/8)-FOTO IST-
Dalam kesempatan ini pula, Wagub turut mendorong penyusunan mitigasi jangka panjang, antara lain pemetaan wilayah rawan, pemasangan tanda peringatan atau banner, serta pengawasan titik-titik hotspot.
“Kita juga harus mempertimbangkan pembagian wilayah kerja antara provinsi dan kabupaten/kota, terutama daerah yang memiliki kawasan hutan dan rentan konflik. Dukungan anggaran serta keterlibatan mitra terkait menjadi kunci keberhasilan penanganan ini,” tambahnya.
Wagub menegaskan tiga langkah penting yang harus segera diperkuat dalam penanggulangan konflik ini. “Pertama, SK Tim Koordinasi perlu diverifikasi ulang agar lebih optimal dan melibatkan pihak terkait secara luas, termasuk kabupaten/kota yang memiliki kawasan terdampak, akademisi, dan media,” ujarnya.
“Kedua, penyusunan SOP penanganan konflik harus jelas, siapa yang bertanggung jawab dan apa yang dikerjakan, sehingga mitigasi penanganan konflik bisa berjalan efektif,” lanjutnya.
“Ketiga, kita perlu melakukan mitigasi jangka panjang melalui pemetaan wilayah rawan, pemantauan satwa, serta pemulihan ekosistem melalui rehabilitasi lingkungan dan sosial,” pungkasnya.
Rapat persiapan ini juga menindaklanjuti rencana tindak lanjut yang sebelumnya belum terealisasi, termasuk revisi SK Tim Koordinasi dan Satgas Penanggulangan Konflik Manusia–Satwa Liar Provinsi Lampung agar lebih detail dalam pembagian tugas dan pola koordinasi lintas instansi.
Selain itu, dibahas pula strategi penguatan kapasitas desa mandiri konflik, penyusunan panduan teknis penanganan konflik, pengembangan ekonomi alternatif ramah lingkungan, peningkatan patroli dan rehabilitasi habitat, hingga penggunaan teknologi seperti GPS collar untuk pemantauan pergerakan satwa.
Kepala Balai Besar Hifzon Zawahiri menyoroti berkurangnya pakan alami sebagai salah satu pemicu satwa keluar dari kawasan.
“Kemungkinan besar pakan satwa yang ada semakin berkurang. Untuk menyelesaikan permasalahan pakan, kita ada masukan solusi kalau babi, terutama babi hutan, akan kita masukkan ke dalam kawasan karena itu pakan yang paling efektif dan berkembang biak cepat,” jelasnya. (rls/c1/yud)