Kasus HIV Naik Bisa Jadi karena Trending LGBT
ilustrasi HIV-ilustrasi edwin/radar lampung-
BACA JUGA:4.000 Pekerja Rentan Dapat Tanda Kepesertaan Perlindungan Jamsos
“Jika upaya pencegahan tidak masif dilakukan, bukan tidak mungkin jumlah tersebut semakin lama semakin bertambah terus,” ujarnya.
Upaya pencegahan pertama yang harus dilakukan pemerintah, sarannya, di antaranya dengan edukasi pada program eliminasi HIV. Yaitu dengan target 2030 tidak ada kasus baru, dan tidak ada yang ditularkan, dan 0 kematian kasus HIV Aids.
“Jadi kalau dia (penderita) HIV ya sudah HIV aja. Karena HIV kalau gak diobati akan masuk fase Aids, jadi harus minum obat. Kalau minum obat, kualitas hidupnya akan semakin baik dan tidak masuk fase AIDS. Sekarang kan sudah ada obatnya, jadi harus minum,” jelasnya.
Dikatakannya data HIV Aids di Bandarlampung ada 2.701 yang terinfeksi itu merupakan fenomena gunung es. Sebab itu hanya data yang ketahuan atau terlihat berdasarkan pemeriksaan cek darah. “Tapi, orang yang belum terdata di Bandarlampung ini banyak sekali, makanya perlu juga dites,”ucapnya.
BACA JUGA:Tingkatkan Layanan Masyarakat. RS AKA Medika Sribawono Tambah Fasilitas Ruang Isolasi dan Rawat Inap
Karena itu, ingatnya, warga Bandarlampung diimbau apabila merasa mempunyai kebiasaan yang berisiko atau berganti-ganti pasangan atau memakai obat-obat terlarang melalui suntikan wajib memeriksakan diri.
“Supaya kalau ketahuan HIV, anak atau keturunannya bisa dicegah supaya tidak tertular. Kalau bisa sebelum merencanakan kehamilan itu bisa vaksin dahulu PPIA. Harapannya bila itu semua dilakukan agar angkanya (HIV Aids) bisa turun dan zero,” katanya.
Aji juga menerangkan bahwa orang dengan HIV itu tidak sakit sehingga tidak pas disebut penderita. “Saat ini ada 50 pelayanan HIV baik di rumah sakit negeri maupun swasta dan dijamin kerahasiaan data. Kalau ada yang bocorin pasti dituntut,” tandasnya.
Faktor yang membuat orang dengan HIV naik 100 persen di Bandarlampung, imbuhnya, karena stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap orang dengan HIV. “Jadi mereka males dan takut untuk memeriksakan diri dan berobat. Selain itu kurangnya mendapatkan edukasi pemahaman,” katanya.
Solusi mengatasinya agar terhindar, tukasnya, yaitu dengan tidak melakukan hubungan di luar nikah, setia kepada pasangan, dan jangan gunakan narkoba. ”Karena sampai saat ini belum ada ilmu untuk menghilangkan virusnya. Tetapi yang terpenting saat ini adalah untuk menjaga kesehatan dan gaya hidup supaya tidak tertular,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji Suyono menyampaikan di kabupaten setempat ada 36 kasus positif penderita HIV Aids. Jumlah tersebut diakuinya hanya penderita yang terdeteksi dan masih hidup yang dihimpun sejak 2016 hingga bulan Desember 2023.
Untuk mengupayakan pencegahan, terangnya, Bidang P2P Dinas Kesehatan terus melakukan tindakan preventif dan rutin bersama Puskesmas maupun pihak rumah sakit. “Saya mengimbau kepada masyarakat Mesuji apabila ada yang mengalami gejala penyakit tersebut agar bisa membawa ke rumah sakit dan jangan takut. Untuk kerahasiaannya kami jaga privasi pasien. Kami juga imbau agar bisa menghindari perilaku seksual menyimpang,” tutupnya, Selasa (19/12). (mel/c1/rim)