RAHMAT MIRZANI

Kasus HIV Naik Bisa Jadi karena Trending LGBT

ilustrasi HIV-ilustrasi edwin/radar lampung-

BANDARLAMPUNG – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Lampung dr. Josi Harnos tidak ingin gegabah menanggapi meningkatnya kasus terinfeksi HIV/AIDS di Lampung, terutama  di Bandarlampung. Ia mengatakan pihaknya bakal menunggu hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) terlebih dahulu.

“’Jika (yang terinfeksi) 2.500 itu anak-anak, berarti mereka terlahir dari orang tua yang hidup dengan HIV/AIDS juga. Karena, faktor penyebab pertama itu didapat penyakit (dari luar) dan kedua adalah bawaan lahir (dari orang tua, Red),” kata dr. Josi, Rabu (20/12).

Menurutnya harus ada perbandingan mana saja kalangan yang terbanyak terindikasi virus HIV sehingga bisa ditentukan penyebab atau tren peningkatan itu bisa terjadi. ’’Menurut saya harus dipilah dahulu dari sisa 4 ribu sekian (dewasa yang terinfeksi) datanya berapa persen laki-laki dan berapa persen perempuan. Karena itu penting untuk merefleksikannya, lalu melihat tren saat ini,” ungkapnya.

Tetapi secara umum, tukasnya, di beberapa tempat itu ada karena perubahan tren gaya hidup. ’’Saya tidak mau bilang ini menyimpang, terserah bagaimana orang menyikapi itu. Tetapi tingkat LSL atau lelaki suka lelaki meningkat trennya. Saya menemukan kasusnya seperti itu. Makanya kita harus tahu dari data itu berapa laki-laki dan berapa perempuannya untuk bisa mendeskripksikan adanya tren ini atau tidak di Lampung,” ucapnya.

BACA JUGA:Puluhan Mahasiswa Ikuti Monthly Review Ke-1 UMKM Merdeka Batch 4 Lampung 2023

Kalau pada suatu tempat itu didominasi LSL, maka upaya yang harus dilakukan yakni dengan ditanyakan langsung kepada orang dengan HIV. ’’Apakah mereka bagian LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) atau bukan. Dari kejujuran itu kita bisa menyimpulkan akar masalahnya,” kata dia.

’’Data sekarang adalah output dari masalah yang masih diproses dan dianalisis sehingga kita mendapatkan akar masalah. Bisa jadi trending LGBT yang membuat tingkat penularannya tinggi. Kalau persentase ODHA sudah diketahui, kita bisa tahu apa penyebabnya. Misal faktor lingkungan atau kita kehilangan moral, maka itu yang harus diperbaiki,” jelasnya.

Dilanjutkan Josi, saat ini yang harus dilakukan bukan mengecam atau mendiskriminasi ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Itu karena faktor bukan hanya pada kesehatan, bisa jadi di pendidikan, sosial, dan lainnya. “Kalau SKI belum keluar, kita enggak bisa merekomendasikan apa-apa. Hasil riset dan Survei Kesehatan Indonesia akan keluar di tahun 2024,” bebernya.

Biasanya secara holistik, tandasnya, bukan hanya satu penyakit. Tetapi semua penyakit seperti TB, HIV, dan lainnya. Ini per 5 tahun.

BACA JUGA:Wali Kota Bandar Lampung Tegaskan Sekolah Disabilitas Aktif di Februari 2024

’’Kalau sudah selesai, maka bisa kita elaborasi dan mengetahui masalahnya di sektor mana untuk segera diperbaiki. Dan, kami tidak memegang data terkait HIV/AIDS ini,” ucapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Advocacy Oficer Wahana Citra (WCI) Rachmat Cahaya Aji  menyebut ada 2.701 orang di Bandarlampung yang terinfeksi HIV Aids. Menurutnya ini berdasarkan data Dinas Kesehatan Bandarlampung.  

Jumlahnya, kata Aji,  meningkat 100 persen dari 10 tahun sebelumnya. Dimana total di Lampung sendiri dari tahun 2002 hingga 2023 ini sudah mencapai 6 ribu kasus lebih orang terinfeksi HIV Aids. ”Di Bandarlampung ini adalah kota paling banyak (kasus terinfeksi HIP Aids, red) dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Lampung,” ungkap Aji, kemarin. 

Adanya kenaikan sangat luar biasa sejak 10 tahun terakhir, lanjutnya, sangat memprihatinkan kalau tidak ditanggulangi secara serius. Padahal di tahun 2002, orang dengan HIV di Lampung hanya ada 3 orang. Sedangkan di tahun 2023 meningkat menjadi 6 ribu lebih dan 2 ribu lebih di antaranya anak-anak.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan