Berawal dari Game, Daiva Akhirnya Terbitkan Novel Pertama

TPK hotel berbintang di Provinsi Lampung naik signifikan pada April 2025 seiring meningkatnya jumlah tamu domestik dan asing. -FOTO DOK RLMG -
BANDARLAMPUNG - Bermain game tidak selalu membawa dampak negatif. Daiva Syadira P. buktinya. Berawal dari kegemarannya bermain game, gadis 14 tahun ini akhirnya menerbitkan novel pertamanya.
Judul novelnya The God of Greter dengan genre fantasi. Bercerita tentang seorang gadis bernama Kynari Rein yang secara misterius terpilih menjadi pemimpin sihir.
Novel ini tebalnya 224 halaman, dikerjakan selama empat tahun, sejak masih duduk di kelas 6 sekolah dasar. Sekarang, Daiva sudah duduk di kelas IX sekolah menengah pertama.
Daiva memang hobi menulis sejak kecil. Waktu masih duduk di sekolah dasar, Daiva suka bercerita apa saja pada teman-temannya. Teman-temannya pun senang ketika Daiva mulai “berdongeng”. Kata mereka, imajenasi Daiva itu luar biasa.
“Awalnya waktu masih SD suka cerita ke temen-temen, tapi belum mulai nulis, hanya cerita aja. Terus lama-kelamaan, temen-temen itu jadi suka dengerin kalau aku cerita,” tuturnya.
Saat duduk di kelas 6 SD, Daiva mulai suka bermain game. Namanya Genshin Impact, sebuah permainan Open World RPG asal China. Ternyata permainan ini mendukung imajenasi Daiva yang memang sudah hidup sejak kecil. Memberikan semakin banyak ide cerita yang akhirnya secara “iseng-iseng” dituangkan dalam bentuk tulisan.
Tulisannya juga sering dibaca oleh teman-teman Daiva. “Tapi waktu itu aku masih tulis tangan, dapet delapan halaman. Terus teman-teman bilang, kenapa ngga dibuat novel aja sekalian? Dari situ akhirnya aku mulai serius nulisnya,” ujar gadis kelahiran Maret 2011 itu.
Bukan hanya dari teman-teman di lingkungan sekolah, Daiva juga dapat dukungan dari keluarga. Terutama orangtuanya. Supaya makin semangat menulis novel, Daiva bahkan dipersenjatai laptop oleh kedua orangtuanya.
Butuh empat tahun sampai akhirnya novel Daiva rampung. Maklum, Daiva juga punya tanggungjawab di sekolah. Belajar dan mengerjakan tugas. Jadi novel Daiva hanya bisa dikerjakan di hari Sabtu dan Minggu.
Banyak kendala juga yang ditemui saat proses penulisan. Salah satunya, ketika data-data yang selama ini tersimpan di laptop Daiva tidak sengaja terhapus. Untungnya, selain menulis buku dan laptop, Daiva juga aktif mengunggah tulisannya di Wattpad. Platform online tempat Daiva membagikan ceritanya.
“Waktu itu laptop nggak sengaja ke-reset, tulisan yang sudah disimpan semuanya hilang. Untungnya aku ada unggah beberapa bab cerita di Wattpad, sisanya aku inget-inget lagi sendiri,” katanya.
Walau membutuhkan waktu yang lama, Daiva merasa bangga ketika akhirnya novel tersebut rampung. Tidak tanggung-tanggung, Daiva bahkan menggambar sendiri sampul novelnya yang di dominasi dengan warna unggu dan hitam tersebut.
Selain menulis cerita, ternyata Daiva pintar menggambar. Di buku, maupun platform online. “Aku gambar sendiri sampulnya (novel, red). Kebetulan aku suka ungu, jadi aku pilih warna hitam dan ungu. Karena sihir yang ada di dalam cerita novel ini kan tentang kegelapan. Font untuk judul juga aku pilih sendiri,” tuturnya.
Daiva juga suka membaca novel. Penulis favoritnya adalah Tere Liye. “Novel pertama yang aku baca itu Tere Liye. Awalnya karena salah beli, tapi waktu dibaca-baca, ternyata ketagihan. Akhirnya baca semua novelnya,” ujarnya.