Tingkat Kemiskinan Lampung Turun Signifikan

Radar Lampung Baca Koran--

BANDARLAMPUNG - Profil kemiskinan Provinsi Lampung periode Maret 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, pada Jum’at 25 Juli 2025 menunjukan tren positif salam upaya pengentasan kemiskinan.

Tren positif itu terlihat dengan penurunan signifikan pada tingkat dan jumlah penduduk miskin, serta perbaikan pada indikator ketimpangan.

Kepala BPS Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution, dalam siaran pers daring menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan Provinsi Lampung pada Maret 2025 tercatat sebesar 10,00 persen.

Capaian tersebut, kata Ahmadriswan menurun 0,62 persen poin dibandingkan September 2024. Penurunan ini berkorelasi positif dengan kondisi makroekonomi Lampung yang stabil dan membaik. 

“Jumlah penduduk miskin Lampung pada Maret 2025 mencapai 887,02 ribu orang, artinya telah berkurang 52,3 ribu orang dibandingkan September 2024,” ujar Ahmadriswan.

Ahmadriswan memaparkan beberapa fenomena ekonomi yang melatarbelakangi penurunan tingkat kemiskinan antara September 2024 hingga Maret 2025. 

Inflasi secara year-on-year (y-on-y) mengalami penurunan dari 2,16 persen pada September 2024 menjadi 1,58 persen pada Maret 2025, atau terjadi penurunan sekitar 0,58 persen poin.

Kondisi ekonomi Lampung juga menunjukkan pertumbuhan impresif, dengan pertumbuhan ekonomi year-on-year Triwulan 1 2025 mencapai 5,47 persen, diiringi pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,06 persen.

Sektor pertanian juga menunjukkan perbaikan, ditandai dengan kenaikan harga Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 0,12 persen dan peningkatan produktivitas padi pada Maret 2025 sebesar 0,98 kw/ha dibandingkan September 2024.

Dari sisi ketenagakerjaan, menurut Ahmadriswan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2025 turun 0,12 persen dibandingkan Agustus 2024, mengindikasikan adanya perbaikan pada pasar tenaga kerja.

Kemudian, untuk garis kemiskinan dan komponen penyusunnya Lampung, disampaikan Ahmadriswan, pada Maret 2025, garis kemiskinan (GK) Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp 612.451 per kapita per bulan, meningkat 2,24 persen dibandingkan September 2024. 

GK didominasi oleh pengeluaran untuk kebutuhan makanan sebesar 74,76 persen, sementara sisanya 25,24 persen untuk non-makanan.

‘Terlihat share kelompok makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar. dibandingkan bukan makanan. Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, komposisi makanan sedikit menurun dan ini bisa juga menunjukkan terjadi pergeseran dari konsumsi makanan dan non-makanan selama enam bulan berselang,” terangnya.

Berdasarkan wilayah, Garis Kemiskinan perkotaan pada Maret 2025 adalah Rp 659.660 (naik 0,61 persen) dan perdesaan Rp 588.958 (naik 3,00 persen) dibandingkan September 2024. Ahmadriswan menekankan,

Tag
Share