Indonesia Gabung BRICS, AS Naikkan Tarif Impor 32 Persen

Foto BErsama : Presiden Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 pada Minggu, 6 Juli 2025, di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil. -Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr-

Achmad juga menyebut bahwa tarif ini bisa mempercepat tren de-dollarisasi dan penguatan sistem pembayaran berbasis mata uang lokal antarnegara BRICS. Bahkan menyamakan potensinya dengan embargo minyak OPEC tahun 1973 yang mengguncang AS.

Kebijakan tarif Trump disebut sebagai kelanjutan dari strategi ’’Liberation Day", yang memberikan 90 hari ruang negosiasi sejak April 2025. Kini, masa negosiasi tinggal beberapa minggu.

Menurut laporan The New York Times, tarif bisa naik lebih tinggi jika negara-negara target mencoba menghindari bea masuk AS dengan pengalihan jalur ekspor atau tindakan balasan.

Dengan deadline 1 Agustus 2025 kian dekat, Indonesia tengah berjibaku menyelamatkan ekspornya dari tarif 32 persen yang mengancam sektor-sektor strategis. Negosiasi menjadi harapan utama, sementara BRICS bisa menjadi kekuatan baru dalam menghadapi tekanan dagang global.

Lebih lanjut, Hasan mengatakan pemerintah Indonesia optimis dengan negosiasi yang akan dilakukan oleh tim negosiasi tersebut.

"Karena kita juga tahu kita berhubungan baik dengan semua negara. Termasuk Amerika Serikat selama ini kita berhubungan sangat baik. Dan tentu hubungan baik itu bisa menjadi modal sosial yang bagus untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi di sana," imbuh dia.

Sementara, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto telah menyelesaikan rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar selama dua hari pada 6–7 Juli 2025 di Rio de Janeiro, Brasil.

Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya mengatakan keikutsertaan Indonesia dalam KTT BRICS tahun ini merupakan tonggak penting dalam sejarah hubungan luar negeri Indonesia.

’’Ini artinya ada sejarah baru Indonesia secara resmi mengikuti KTT BRICS yang pertama kali. Dan ini adalah inisiasi dari Bapak Presiden,” kata Teddy di Rio De Jainero, Selasa (8/7).

Menurut Seskab Teddy, pada tahun yang sama Indonesia telah diterima dan didukung oleh negara anggota BRICS sebelum akhirnya secara resmi bergabung sebagai anggota penuh.

Keanggotaan di BRICS yang sebelumnya lima negara, kini telah berkembang dengan Indonesia sebagai anggota resmi ke-10.

’’Dari awalnya BRICS 5 negara, kemudian berkembang sehingga Indonesia menjadi anggota resmi ke 10 dari 11 Jadi satu, Arab Saudi belum resmi,” jelasnya.

’’Pak Presiden dari dulu menganut seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Sehingga bagaimana caranya Indonesia berkolaborasi, kemudian sebanyak mungkin bergabung dengan organisasi-organisasi, sehingga inilah BRICS salah satunya yang kita bergabung,” tambahnya.

Lebih lanjut, Seskab Teddy menjelaskan bahwa BRICS saat ini merepresentasikan hampir separo populasi dunia dan menyumbang sekitar 35 persen dari produk domestik bruto (PDB) global.

’’Tadi secara resmi ada 28 negara dan kepala negara, kepala pemerintahan. Jadi 10 anggota BRICS, kemudian ada 10 partner countries, kemudian ada 8 tamu. Dan ini banyak sekali yang antre untuk masuk BRICS. Ini menunjukkan Indonesia makin didengar, makin diperhatikan, makin dipandang, dan makin dibutuhkan di dunia global,” tandasnya.

Tag
Share