1 Muharram, dari Rutinitas Biasa Menuju Kehidupan Bermakna

--FOTO ISTIMEWA

 

Dalam konteks hari ini, hijrah bukan lagi tentang pindah tempat. Tapi, tentang perubahan sikap. Dari hidup yang biasa-biasa saja menuju hidup yang penuh arti. Dari rutinitas yang hampa menuju aktivitas yang bermakna. Dari kelalaian menuju kesadaran. Dari kepentingan diri menuju kebermanfaatan untuk sesama.

 

Hijrah adalah proses terus-menerus. Setiap hari kita diuji, apakah kita masih bertahan dalam kebiasaan lama yang membuat kita terlena atau berani melangkah menuju kebiasaan baru yang lebih baik?

 

Hijrah adalah keberanian untuk berubah. Berani meninggalkan kemalasan untuk menjemput produktivitas. Berani meninggalkan keraguan untuk melangkah dengan keimanan. Berani meninggalkan kesia-siaan demi kehidupan yang diridhai Allah.

 

Allah berfirman dalam Alquran, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharap rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS Al-Baqarah: 218).

 

Ayat di atas menegaskan bahwa hijrah adalah jalan menuju rahmat dan ampunan Allah. Maka tidak ada alasan untuk ragu berhijrah dari hidup yang tak menentu kepada hidup yang lebih tertata. Dari yang lalai menjadi sadar, dari yang jauh menjadi dekat dengan Allah.

 

Momen 1 Muharram seharusnya menjadi waktu refleksi. Sudah sejauh mana kita bergerak menuju kebaikan? Sudah seberapa dalam kita meninggalkan hal-hal yang membuat hati kita menjauh dari Allah?

 

Hijrah bukan tren, bukan slogan. Hijrah adalah proses memperbaiki diri yang dimulai dari kesadaran, dikuatkan dengan niat, dan dibuktikan dengan amal nyata.

 

Tag
Share