Remote Work Kian Populer, IRT Raih Cuan Jutaan Rupiah

--FOTO FREEPIK
Ibu dua anak itu dapat kerjaan dengan status freelancer. Setahun, kontraknya habis. Dia mulai kelabakan. ”Di usia yang tak lagi muda, ternyata cukup sulit untuk mendapat pekerjaan baru yang tetap memungkinkan fokus mengurus anak,” ungkapnya.
Pertengahan 2022, dia melihat iklan virtual assistant (VA). ”Training 2 bulan mulai pengenalan apa itu VA, lalu step by step diajarin cara ’jualan’ dan dapat customer,” urainya.
Senada dengan Amandari, Dyah (44) sebelumnya bekerja sebagai banker dengan pengalaman lebih dari 20 tahun. ”Anak saya mulai remaja dan ART keluar. Jadi, 2022 saat kantor menawarkan program pensiun dini, saya anggap itu waktu yang tepat,” tuturnya.
Berbekal semangat belajar, Dyah merintis usaha travel yang fokus pada pemesanan hotel dan kebutuhan meeting. Karena permintaan tak datang setiap hari, dia melirik peluang digital lainnya. ”Saya ikut manajemen talent dan gabung di komunitas Ibu sibuk Influencer. Lalu belajar jadi virtual assistant (VA) karena lebih cocok kerja di balik layar,” lanjutnya.
Perjalanan menjadi VA tidak langsung mulus. Dyah ikut kursus dua bulan dan sempat putus asa karena tak kunjung dapat klien. Hingga akhirnya, Maret 2023 dia berhasil mendapatkan proyek pertamanya dengan bayaran USD3 per jam. ”Itu momen pecah telur saya,” kenang ibu rumah tangga yang berdomisili di Bandung itu.
Kini Dyah menangani tiga klien dengan jam kerja bulanan mencapai 120–150 jam. Dengan bayaran per jamnya berkisar USD5–10. ”Kalau ditekuni, ini bisa jadi penghasilan utama. Tapi buat saya ini lebih ke cara mengisi hari agar tetap produktif,” ujar Dyah.