Bung Karno dan Cerita Lucu Kopiah Gresik

--FOTO ISTIMEWA

HARI ini 1 Juni diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila sekaligus ditetapkan menjadi hari libur nasional. Penetapan itu sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016. Tujuannya agar pemerintah, masyarakat, dan segenap komponen bangsa senantiasa mengingat Pancasila sebagai ideologi bangsa.

 

Mengutip Perpustakaan Nasional (Perpusnas), pada 1 Juni 1945, Soekarno berkesempatan menyampaikan gagasannya tentang dasar negara di hadapan para anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Saat itu, BPUPKI memang tengah mengadakan sidang kedua mempersiapkan dasar negara bagi Indonesia merdeka.

 

Bung Karno, presiden pertama RI itu pun mengungkapkan gagasannya. Awalnya, pidato ini disampaikan Bung Karno tanpa judul. Namun, Dr Radjiman Wedyodiningrat, ketua BPUPKI saat itu, memberikan judul pada pidato tersebut “Lahirnya Pancasila”. Tak hanya tanpa judul, Soekarno melakukan pidato tanpa persiapan tertulis.

 

Narasi yang disampaikan oleh Bung Karno tersebut ketika dituliskan ke dalam ketikan, setebal 17 halaman. Setelah menyampaikan pidato, gagasan Bung Karno mengenai dasar negara Indonesia diterima oleh para anggota BPUPKI. Akhirnya, Pancasila dinyatakan secara sah dan resmi menjadi dasar negara Indonesia merdeka pada 18 Agustus 1945.

 

Sebelumnya, pada 29 Mei 1945, BPUPKI sebetulnya juga sudah mengadakan rapat pertama untuk membahas dasar negara. Namun, pada kesempatan itu, para anggota BPUPKI belum menemukan kesepakatan tentang konsep dasar negara.

 

Menilik sejarah, Bung Karno memang memiliki andil besar terhadap kelahiran Pancasila. Dan, mengulik tentang sang Proklamator, ternyata juga memiliki sejumlah cerita menarik yang berkaitan dengan Gresik. Salah satunya tentang  kopiah, songkok atau peci, salah satu produk unggulan asal Gresik yang seolah sudah menjadi asesoris wajib pada setiap penampilan Bung Karno.

 

Ceritanya mau Lebaran, tapi Bung Karno tidak memiliki uang. Lantas apa yang dilakukan? Nah, kisah itu tertulis di buku berjudul “Suka Duka Fatmawati Sukarno” sebagaimana diceritakan kepada Kadjat Adrai. Cerita itu juga pernah ditulis mantan jubir Presiden Jokowi yang kini menjadi Dubes Kazakhstan, Fadjroel Rachman, lewat akun Instagram @fadjroelrachman, beberapa waktu lalu.

 

Tag
Share