Nilai Pasar Starbucks Turun Sekitar Rp186 T
ilustrasi-starbucks-pixabay-
JAKARTA - Starbucks mengalami penurunan nilai pasar sekitar US$12 miliar dalam satu bulan terakhir.
Penurunan ini terjadi karena penjualan melambat, penurunan daya beli konsumen, perselisihan dengan karyawannya, dan juga diperkirakan dampak aksi boikot terkait serangan Israel ke Gaza.
Dikutip dari Morocco World News pada Senin (11/12), meskipun pertumbuhan penjualan lebih baik dari perkiraan sebesar 8 persen pada kuartal fiskal keempat, harga saham Starbucks mengalami penurunan mingguan.
Pada Senin (4/12), saham Starbucks turun 1,6 persen, menandai penurunan terpanjang sejak perusahaan tersebut berdiri pada tahun 1992.
BACA JUGA: TikTok Kuasai Saham GOTO
Penurunan ini menghapus 9,4 persen nilai pasar Starbucks, atau sekitar US$12 miliar. Pada awal perdagangan Kamis (7/12), harga saham Starbucks turun sekitar 6,5 persen menjadi US$96,90 per saham.
Sebelumnya, ketika penurunan harga saham terjadi Starbucks sedang mengadakan acara Red Cup Day tahunan di mana barista membagikan cangkir bertema liburan berwarna merah kepada pelanggan.
Namun, acara tersebut diganggu oleh mogok kerja pekerja yang tergabung dalam serikat Workers United yang menuntut peningkatan staf dan jadwal kerja.
Protes tersebut adalah salah satu dari beberapa perselisihan antara Starbucks dan serikat pekerja.
BACA JUGA:IOH Upgrade Gerai IM3 Terdigitalisasi
Bulan lalu, Starbucks dan Workers United saling mengajukan tuntutan hukum yang berlawanan terkait postingan media sosial serikat pekerja yang menyatakan ‘Solidaritas dengan Palestina!’ setelah serangan Israel.
Starbucks kemudian menjauhkan diri dari Workers United yang dianggap sebagai tindakan dukungan terhadap Israel dan memicu seruan boikot.
Tagar #boycottstarbucks masih menjadi tren di media sosial dengan jumlah penggunaan sekitar 16.000 kali selama 30 hari terakhir, mencapai 167 juta tampilan. (jpc/abd)