Kekerasan di Dunia Pendidikan Selama 2024 Tercatat 573 Kasus
DUNIA PENDIDIKAN: Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji memaparkan hasil pemantauan kekerasan di Indonesia sepanjang 2024 di kawasan Cikini, Jumat (27/12).--FOTO RYANDI ZAHDOMO/JAWAPOS.COM
JAKARTA - Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat lonjakan tajam kekerasan di dunia pendidikan sepanjang 2024 dengan total 573 kasus. Angka ini naik hingga dua kali lipat dibandingkan 2023 yang mencatatkan 285 kasus.
Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji mengungkapkan tren kekerasan di dunia pendidikan terus mengalami kenaikan sejak 2020. Pada tahun tersebut tercatat 91 kasus, meningkat menjadi 142 kasus pada 2021, 194 kasus (2022), 285 kasus (2023), dan 2024 sebanyak 573 kasus. Jika dirata-rata, setiap harinya ditemukan minimal satu kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia.
’’Jika dirata-rata, setiap hari ditemukan setidaknya satu kasus kekerasan di dunia pendidikan. Dengan 573 kasus sepanjang 366 hari pada 2024, ini menunjukkan adanya masalah serius yang harus segera ditangani,” kata Ubaid dalam pemaparan hasil pemantauan kekerasan sepanjang 2024 di Cikini, Jumat (27/12).
Ubaid mengungkapkan, tindak kekerasan umumnya dialami oleh pelajar, baik di sekolah, luar sekolah, dan asrama. Mirisnya, sekolah masih menjadi lokasi paling rawan terjadinya kekerasan bagi pelajar.
Kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah mencapai 58 persen. Sementara kejadian di luar sekolah terdapat 27 persen dan di asrama 15 persen. "Sekolah berasrama dan pesantren yang mestinya pengawasanya bisa dilakukan 24 jam, ternyata ditemukan kasus kekerasan pada anak sejumlah 15 persen terjadi di dalam asrama/ pesantren," ujar Ubaid.
Kasus kekerasan di sekolah tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi juga tersebar di seluruh Indonesia. Lima provinsi di Indonesia dengan kasus kekerasan di sekolah paling banyak, Jawa Timur (14,2%)-81 kasus; Jawa Barat (9,8%)-56 kasus; Jawa Tengah (7,8%)-45 kasus; Banten (5,4%)-32 kasus; dan Jakarta (4,9%)-30 kasus. (jpc/c1)