Perawat Lansia dari Indonesia Disukai Warga Jepang

RAKERNAS AP2LN: Atase Tenaga Kerja Kedutaan Jepang di Indonesia Tanaka Ittetsu (tengah) dalam Rakernas AP2LN di Jakarta.-FOTO HILMI/JAWA POS -
JAKARTA - Keramahan masyarakat Indonesia sudah dikenal cukup luas di dunia. Termasuk bagi masyarakat Jepang. Para jompo atau lansia di Jepang lebih suka dirawat oleh perawat jompo dari Indonesia. Pasalnya, selama bekerja selalu tersenyum dan tertawa.
Keramahan orang Indonesia yang bekerja sebagai perawat jompo itu diungkapkan langsung oleh Atase Tenaga Kerja Kedubes Jepang di Indonesia Tanaka Ittetsu. "Orang Indonesia sangat ramah daripada orang Jepang. Mereka bekerja (di Jepang, Red) dengan senyum, itu bagus," kata Tanaka di sela Rakernas Asosiasi Penyelenggaraan Pemagangan Luar Negeri (AP2LN) di Jakarta, Senin (9/12).
BACA JUGA:Suriah Memanas, Pertamina Jamin Operasional Tanker Aman
Tanaka mengatakan, kebiasaan orang Indonesia yang selalu gembira saat bekerja, khususnya sebagai perawat jompo, menjadi catatan positif selama ini. Tanaka mengungkap, selama ini para jompo atau lansia di Jepang selalu khawatir setiap bertemu orang dari negara asing.
’’Apalagi sampai jadi perawatnya. Namun, tidak demikian untuk perawat lansia yang dari Indonesia,’’ kata Tanaka.
Menurut Tanaka, peluang untuk magang atau bekerja sebagai perawat lansia di Jepang masih terbuka lebar. Pasalnya, jumlah lansia di Negeri Sakura itu terus bertambah.
Saat ini, kata Tanaka, rata-rata usia penduduk Jepang di atas 50 tahun. Karena itu, Tanaka berharap SDM unggul dan bertalenta dari Indonesia bisa bekerja di Jepang. "Kami harapkan, setelah pulang bekerja dari Jepang dapat membawa perbaikan untuk Indonesia," ujarnya.
Jadi pengalaman positif yang didapatkan selama tinggal dan bekerja di Jepang, kata Tanaka, bisa dilanjutkan dan diterapkan di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden AP2LN Firman Budiyanto mengatakan bahwa bekerja atau magang ke Jepang tidak cukup berbekal kemampuan bahasa Jepang saja. "Tetapi juga (berbekal) disiplin, sikap, dan etos kerja. Sebab, disiplin, etos kerja, dan gaya hidup sehari-hari antara Jepang dan Indonesia cukup berbeda,’’ katanya.