BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% untuk Jaga Stabilitas Rupiah
JAGA STABILITAS RUPIAH: Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Jumat (29/11). -FOTO BANK INDONESIA -
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebut alasan masih mempertahankan suku bunga acuan pada angka 6 persen. Hal ini dilakukan karena BI masih harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“BI rate (suku bunga acuan) untuk sementara ini dipertahankan karena gejolak global mengharuskan kami fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kami terus mencermati penurunan BI rate lagi dengan terkendalinya inflasi dalam sasaran pada 2025-2026 dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Graha Bhasvara Icchana, kompleks kantor pusat BI pada Jumat (29/11).
Saat ini, BI rate sebesar 6,00 persen, suku bunga deposit facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate ( Jisdor) nilai tukar rupiah pada Jumat (29/11) mencapai Rp 15.856 per 1 dolar Amerika Serikat.
Perry melanjutkan, kebijakan suku bunga acuan BI harus disesuaikan dengan kondisi perekonomian baik di dalam dan luar negeri.
Dari sisi nilai tukar rupiah, BI akan fokus menjaga stabilitas mata uang Indonesia melalui intervensi di pasar valas, baik melalui transaksi spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), kemudian pembelian/penjualan surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
“BI juga menjalankan operasi moneter pro-market untuk efektivitas transmisi kebijakan, aliran masuk portofolio asing, dan pendalaman pasar uang,” tutur Perry.
Ia mengatakan, bank sentral konsisten menjaga kecukupan cadangan devisa. Kemudian pengelolaan lalu lintas devisa yang dilakukan sesuai kaidah internasional.
BI juga akan memperluas instrumen penempatan valuta asing devisa hasil ekspor sumber daya alam, yang diperluas sehingga menarik bagi para eksportir.
BI turut menempuh kebijakan makroprudensial secara longgar untuk mendorong pertumbuhan kredit pada 2025.
“Kebijakan insentif likuiditas makroprudensial akan kami arahkan ke sektor sektor prioritas penciptaan lapangan kerja,” terang dia.
Bahkan, ke depannya BI tidak menutup peluang untuk menurunkan suku bunga acuan guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.(*)