Lima Faktor yang Bisa Majukan Keuangan Syariah Indonesia
Mantan Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Perry Warjiyo pada Kongres ISEI XXII di Ballroom Hotel Alila, Solo, Kamis (19/9).--FOTO AGAS HARTANTO/JAWA POS
JAKARTA - Indonesia perlu memperkuat posisinya dalam pasar global ekonomi syariah. Untuk itu, strategi pendalaman pasar keuangan syariah perlu diperkuat. Perlu rumusan kebijakan berstandar global yang menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola instrumen-instrumennya.
"Islam, mengajarkan tiga hal. Pertama, selalu membuat progres, hari ini lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini. Kedua, memberikan nilai dan ketiga kerja sama," ucap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Joint High Level Seminar and Investor Forum, kolaborasi Bank Indonesia dengan Islamic International Liquidity Management (IILM) dan Islamic Financial Services Board (IFSB), kemarin (31/10).
Menurut Perry, terdapat lima faktor utama dalam membangun kemajuan pasar keuangan syariah. Yakni, mengembangkan inovasi produk keuangan syariah yang tidak hanya berbasis pada tiga instrumen: sukuk, takaful, dan wakaf. Mengingat, Indonesia merupakan salah satu penerbit sukuk terbesar. Sekaligus inisiator penerbitan green sukuk, yang akan mengoptimalkan manfaatnya bagi perekonomian dan keuangan hijau.
Faktor berikutnya, akselerasi pengembangan pasar keuangan syariah melalui digitalisasi ekonomi dan keuangan syariah. Selain itu, integrasi jasa sistem keuangan wholesale dan ritel. "Sehingga memperkuat interkoneksi seluruh lembaga keuangan syariah termasuk asuransi maupun lembaga sosial finance," ungkap Perry.
Perry menekankan perlunya dukungan kerangka kebijakan yang mengedepankan manajemen risiko dalam memitigasi risiko siber, operasional, dan anti pencucian uang. Didukung oleh edukasi dan literasi sistem keuangan syariah. Karena pemahaman masyarakat berperan penting untuk menumbuhkan keuangan syariah secara berkelanjutan.
Menurut Laporan Pengembangan Keuangan Islam 2023, nilai sukuk hijau dan environmental, social, governance (ESG) yang beredar mencapai USD24,4 miliar. Malaysia dan Arab Saudi adalah pemimpin sukuk ESG. Diikuti oleh Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Integrasi teknologi juga mendorong tumbuhnya financial technology (fintech) yang berperan dalam meningkatkan aksesibilitas pada pasar keuangan syariah. Data Global Islamic Fintech Report 2023/2024 menunjukkan pasar fintech syariah global mencapai USD138 miliar. Yang kemudian diproyeksikan meningkat menjadi USD306 miliar di 2027. Didukung tingkat pertumbuhan tahunan gabungan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 17,3 persen.