RAHMAT MIRZANI

Peringatan Kemerdekaan dan Semangat Gotong Royong

Oleh: Samidi M. Baskoro*-FOTO IST-

Desa lainnya, Desa Ngadiboyo menyelenggarakan kesenian ludruk komunitas, Ludruk Mitra Budaya, yang seluruh pemainnya warga desa yang berprofesi petani. Dengan pendampingan dari Fakultas  Ilmu Budaya Universitas Airlangga, mereka telah mempersiapkan diri selama dua bulan untuk menyajikan pagelaran kesenian ludruk pada 28 Agustus 2023. 

Ludruk komunitas dibentuk pada tahun 2016 yang berhasil pentas di beberapa desa sekitar untuk berbagai perayaan, seperti HUT RI, bersih desa (nyadranan), pesta pernikahan, dan khitanan. Namun, selama pandemi Covid-19, ludruk komunitas bahkan pelaku seni pertunjukan lainnya mengalami mati suri. 

Kondisi normal saat ini terbukti mengembalikan keleluasaan masyarakat mengekspresikan kesenian sendiri baik melalui seni presentatif (seperti Desa Puhkerep) maupun seni partisipatif (seperti Desa Ngadiboyo). 

Mungkin kita bertanya, apakah mereka akan mengambil sebagian kecil dana desa yang jumlahnya milyaran untuk membiayai seluruh perangkat dan personil seni pertunjukan demi kegiatan perayaan HUT RI? Jawabannya: sama sekali Tidak. Masyarakat memiliki mekanisme untuk memperingati dan merayakan kemerdekaan yang dipadukan dengan aktualisasi seni budaya. 

Dalam bahasa lokal Jawa, sering disebut urunan, yang tidak selalu diartikan urunan uang. Bagi orang yang mampu secara finansial berpartisipasi dengan uang yang sedikit dilebihkan dari kesepakatan. Bagi orang yang hanya memiliki barang tertentu juga dapat berpartisipasi, seperti beras dan bumbu masakan, untuk konsumsi. 

Bagi orang yang hanya memiliki tenaga juga dapat berpartisipasi dengan tenaganya. Prinsip gotong royong menjadi kunci penyelenggaraan kegiatan peringatan dan perayaan kemerdekaan.

Peringatan kemerdekaan yang dikombinasikan dengan hiburan atau tontonan, skala kecil atau sedang berdasarkan ukuran kelompok masyarakat, menghasilkan beragam hal positif secara individu. Pertama, nuansa meriah dan senang bersama mengurangi beban psikologis yang selalu berhadapan dengan rutinitas sehari-hari. Kedua, intensifitas individu membangun hubungan dan solidaritas sosial di lingkup kelompok masyarakat. Ketiga, setiap individu menjaga dan mengaktualkan gotong royong. 

Peringatan dan perayaan kemerdekaan dengan menyelenggarakan seni pertunjukan berpengaruh pada gerak ekonomi kerakyatan. Pertunjukan merupakan peristiwa pementasan kesenian yang dihadiri oleh banyak orang. Kegiatan ini menjadi momentum bagi para pedagang kecil yang turut mengubah arena pertunjukan menjadi ruang pasar. Transaksi dan sirkulasi uang akan menyertai pertunjukan. Bagi pelaku kesenian tradisional yang berjuang sendiri untuk eksis, momentum ini menjadi hembusan nafas kesinambungan.

Mengombinasikan perayaaan kemerdekaan dengan pertunjukan kesenian tradisional merupakan tindakan pemertahanan seni budaya sendiri. Apakah pemerintah kabupaten/kota yang memiliki anggaran hanya mencukupkan peringatan HUT Kemerdekaan RI dengan upacara bendera setiap 17 Agustus, setelah itu selesai? Semoga terinspirasi. (*)

 

*) Dosen Sejarah Seni Pertunjukan Tradisional, Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya.

 

Tag
Share