Rupiah Terus Melemah Bikin Bengkak Biaya Operasional

Selasa 25 Jun 2024 - 19:35 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Syaiful Mahrum

JAKARTA – Kadin Indonesia terus mencermati perkembangan kondisi ekonomi global. Khususnya yang terkait penguatan USD dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Itu menyusul suku bunga tinggi yang diterapkan Federal Reserve (The Fed) yang juga menyebabkan kenaikan suku bunga di berbagai negara, termasuk Indonesia.

 

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah itu menimbulkan ancaman atas rantai pasok (supply chain) di mana hal ini dapat berujung pada melonjaknya biaya operasional perusahaan. Seperti bahan baku, logistik, dan transportasi.

 

”Kondisi pelemahan nilai tukar juga dapat meningkatkan beban utang khususnya dalam USD serta berpotensi dapat meningkatkan inflasi,” ujar Arsjad.

 

Arsjad mengimbau pemangku kepentingan terkait untuk tetap mewaspadai dampak kenaikan nilai tukar. Khususnya dalam rangka menjaga inflasi, daya saing pelaku usaha, sekaligus daya beli masyarakat. Kehati-hatian juga perlu diterapkan pihak-pihak yang sangat bergantung pada nilai tukar, seperti importer dan pemegang utang dalam nominal USD.

BACA JUGA:Dorong UMKM Sektor Fashion and Beauty Menembus Pasar Ekspor

Menghadapi situasi itu, lanjut Arsjad, dunia usaha diharapkan dapat mengambil langkah antisipatif jangka pendek. Seperti melakukan kalkulasi ulang atas beban usaha dengan mengedepankan prinsip efisiensi, mencari bahan baku alternatif guna mengurangi ketergantungan atas impor, serta berhati-hati dalam merealisasikan keputusan berinvestasi atau mengembangkan usaha.

 

”Kadin Indonesia juga mendorong seluruh pihak untuk bekerja sama dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam menghadapi tantangan ini,” tutur Arsjad.

 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menganggap, dalam menjinakkan tekanan nilai tukar rupiah terhadap USD, pemerintah tidak hanya bisa mengandalkan kebijakan intervensi pasar keuangan saja. Sebagaimana yang dilakukan Bank Indonesia (BI).

BACA JUGA:Harga Emas Antam Tembus Rp1.368.000 per Gram

”Itu tidak akan cukup efektif menciptakan stabilitas nilai Rupiah. Pemerintah perlu fokus menciptakan stimulus peningkatan produktivitas real untuk penerimaan valas yang lebih besar melalui peningkatan kinerja ekspor dan FDI,” ujar Shinta.

Kategori :