Aku bukannya tidak menghargai orang lain. Aku dengar jika orang berbicara. Aku hanya sulit untuk menanggapi. Bulan juga kenapa berkata seperti itu, aku cukup tersinggung dengan perkataannya. Dia 'kan tahu, aku orangnya bagaimana.
Setelah itu tidak ada pembicaraan antara kami. Bulan diam saja selama makan di kantin, begitupun aku. Bahkan ketika di dalam kelas, kami masih saling diam. Bulan yang biasanya ribut tidak jelas di dalam kelas pun tidak mengeluarkan suara. Dan sampai waktunya pulang, kami tetap diam.
***
Aku menahan tangan Bulan ketika dia berdiri hendak pulang. Aku ingin meminta maaf. Tidak enak juga rasanya melihat Bulan yang biasanya aktif tiba-tiba diam. Bulan satu-satunya teman dekatku di kelas, ketika dia diam begini, aku bingung harus bagaimana. Kan semandiri apa orang, secuek-cueknya orang masih membutuhkan orang lain. Namanya juga makhluk sosial. Begitupun aku.
"Bulan, aku minta maaf ya soal tadi. Kamu tau 'kan aku orangnya gimana?"
Kelas sudah sepi. Hanya ada kami berdua, yang lain sudah keluar kelas semua.
"Bulan?" Aku memanggil namanya ketika dia masih diam.
"Iya, aku tau kamu gimana. Tapi coba deh kamu jangan terlalu cuek sama orang, sama aku yang udah kenal lama aja kamu cuek gini apalagi sama yang lain." Bulan tersenyum padaku.
Aku mengangguk, "iya, aku coba."
"Jadi aku dimaafin 'kan?" tanyaku.
"Iya, Jihan. Aku maafin, kok." Bulan lagi-lagi tersenyum.
"Jadi menurutku, kamu terima aja tawaran Bu Lisa. Kamu juga udah sering ikut lomba kayak gitu, jadi ya gak usah ragu. Udah berpengalaman. Aku yakin bakal menang, suaramu kan udah kayak Mba Raisa, hahaha." Aku tertawa mendengar kalimat yang keluar dari mulutku. Menertawakan diriku juga yang jarang berkata panjang seperti ini.
Aku percaya Bulan pasti bisa, mau dia kemarin batuk pun suaranya akan tetap merdu. Aku sudah sering mendengar Bulan bernyanyi. Suara dia cempreng ketika berbicara, beda lagi ketika dia bernyanyi.
"Loh kamu denger aku tanya tadi?" tanya Bulan.
"Iyalah! Aku kan punya kuping." Aku memukul cukup keras lengan Bulan. Enak saja, kan memang benar aku mendengar dia berbicara, hanya saja aku tidak mengeluarkan suaraku.
"Udah dibilangin juga, aku denger kamu cerita cuma bingung harus nganggepin gimana." Aku berkata dengan raut muka merajuk.