Efek Geopolitik Rupiah Diprediksi Masih Akan Terus Melemah

Jumat 19 Apr 2024 - 19:00 WIB
Reporter : Rizky Panchanov
Editor : Taufik Wijaya

JAKARTA- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diprediksi masih akan terus melemah. Rupiah sebelumnya sempat turun dari Rp 16.200 menjadi Rp 16.179 pada Kamis 18 April 2024. Rupiah hanya menguat 0,25 persen seperti beberapa mata uang negara Asia lainnya.

Dolar AS pun sedikit turun 0,13 persen ke 105,81. Sementara mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Won Korea Selatan mengalami kenaikan tertinggi mencapai 0,97 persen. 

Pelemahan dolar AS ini terjadi setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama. CME FedWatch Tool menunjukkan pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin tahun ini. Jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 bps, dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran.

Dari dalam negeri, sentimen datang dari Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI). Menunjukkan kinerja penjualan eceran pada Maret 2024. Bahkan diperkirakan tetap kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat pada periode Ramadan dan tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

BACA JUGA:Katanya, Utang Indonesia Masih Terkendali di Februari 2024

Sebagian kelompok tercatat meningkat secara tahunan. Di antaranya sub kelompok sandang sebesar 5,9 persen, kelompok suku cadang dan aksesori 12,0 persen yoy (year of year), serta bahan bakar kendaraan bermotor 13,2 persen. 

Kinerja penjualan eceran pada kuartal I/2024 juga diperkirakan tumbuh sebesar 3,7 persen. Lebih tinggi dari kuartal IV/2023 yang tumbuh 1,6 persen. Peningkatan tersebut didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim As Syuaibi memperkirakan mata uang rupiah akan kembali ditutup menguat di rentang Rp16.150-Rp16.200 per dolar AS.

Sedang Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, terutama karena sentimen terkait geopolitik. tetapi, sebenarnya kecenderungan depresiasi rupiah ini sudah terlihat sebelum serangan Iran ke Israel. 

BACA JUGA:Indonesia Kejar Target Ekspor Udang, Nilainya 3 Milar USD

“Bank Indonesia terus menjaga. Sehingga harus mengeluarkan eluarkan cadangan devisa USD 4 miliar hanya dalam sebulan,” katanya. Ini merupakan operasi moneter di pasar terbuka yang cukup besar. Dalam empat tahun terakhir pada momen setelah Lebaran, rupiah memang selalu terdepresiasi.

Namun, angkanya cenderung kecil hanya sekitar Rp 50 atau 0,4 persen. Untuk kali ini agak berbeda. Momen libur Lebaran bersamaan dengan serangan Iran ke Israel. Sehingga depresiasinya bisa mencapai 2 persen atau Rp 300 rupiah. Atau naik enam kali lipat dari biasanya.

 

 

Artinya, ada efek yang tidak normal. Lantas akankah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan kembali ke Rp 15 ribu? “Saya kira masih akan lama karena ada beberapa faktor,” jelasnya.

Kategori :