Kebijakan BI Pertahankan Suku Bunga Dinilai Tepat

TETAP DIPERTAHANKAN: Bank Indonesia saat mengumumkan kebijakan suku bunga acuan. -FOTO DOK BI-

JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menanggapi keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen. 

Keputusan tersebut dinilai tepat, terutama karena BI tetap menjaga pelonggaran likuiditas.

"Saya pikir ini keputusan yang cukup tepat. Yang paling penting adalah BI pro pelonggaran likuiditas yang belum tentu tercermin dari suku bunga ini. BI perlu menjaga likuiditas karena pasar cukup khawatir dengan keterbatasan likuiditas di sektor finansial. Jadi, bila BI tetap menjaga likuiditasnya, ini langkah yang tepat," kata Kepala LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin, kepada Beritasatu, Rabu.

Menurutnya, keputusan mempertahankan suku bunga juga mendukung upaya BI menjaga selisih antara suku bunga BI dan The Fed di Amerika Serikat. 

The Fed dijadwalkan mengumumkan arah kebijakan suku bunganya pada Kamis (20/3) waktu Indonesia, dengan konsensus pasar memperkirakan tetap di rentang 4,25%-4,50%.

Ia juga menyoroti respons investor terhadap kebijakan yang dikeluarkan BI. Menurutnya, ditahannya suku bunga acuan bisa memengaruhi investor yang sensitif terhadap sentimen jangka pendek. 

"Pemerintah dan otoritas fiskal harus mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian global sudah cukup tinggi, jadi untuk investasi jangka pendek, pemerintah harus menjaga sentimen agar tetap positif dan tidak membuat perubahan kebijakan yang drastis," tambahnya. 

Sebagai informasi, indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai menguat 1,4% setelah pengumuman kebijakan BI terkait suku bunga ini.

Diketahui, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 5,75 persen. 

Selain itu, suku bunga deposit facility juga tetap 5 persen, dan suku bunga lending facility tetap 6,5 persen. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Maret 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen ini sejalan dengan proyeksi inflasi nasional ke depan serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Keputusan mempertahankan BI rate ini konsisten dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen, stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global, serta turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry Warjiyo dalam konfrensi pers di Kantor BI.

Perry menambahkan, BI akan terus mencermati prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan BI rate dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah. 

“Kebijakan sistem pembayaran dan makroprudensial juga akan terus dioptimalkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Perry.(*)

Tag
Share