KITA lahir ke dunia dalam kondisi fitrah, yakni bersih sebagaimana kain putih tak bernoda. Namun, seiring usia bertambah, kita tak lepas dari perilaku yang berkonsekuensi dosa, entah karena meninggalkan perintah Allah SWT atau melakoni larangan-Nya.
Maka, kita mesti bertobat, dengan harapan Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita, mengembalikan diri kita menjadi pribadi yang bersih.
Kita telah berada di pertengahan Ramadan. Sebuah hadis menerangkan bahwa Ramadan merupakan bulan yang pertengahannya penuh ampunan (magfirah) Allah SWT.
Betapa ini merupakan kabar baik bagi kita, bahwa saat ini Allah SWT membuka lebar-lebar pintu ampunan untuk kita, hamba-hamba yang berlumuran dosa.
BACA JUGA:294 Siswa SMP Al Kautsar Gelar Sanlat Ramadan 1445 H
Istigfar adalah salah satu cara memohon ampunan dari Allah SWT. Saat melakukannya, sebaiknya kita meningkatkan perasaan berharap (raja’) kepada Allah SWT.
Sebanyak apa pun dosa kita, yakinlah bahwa rahmat Allah SWT luas tak terhingga.
Selain itu, memohon ampunan bisa juga kita lakukan dengan memperbanyak ibadah di bulan yang mulia ini, seperti melaksanakan ibadah salat tarawih di malam hari.
Sebuah hadis menyebutkan bahwa seseorang yang qiyam al-lail (para ulama menafsirkannya sebagai salat tarawih) akan diberi ampunan oleh Allah dari dosa-dosa yang telah terlewat.
BACA JUGA:Ramadan adalah Bulan Mulia dan Agung
Namun, dalam memohon ampunan dari Allah SWT, beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti, apabila kita memohon ampunan karena pernah lalai atas perintah-Nya, seperti meninggalkan salat lima waktu atau puasa di bulan Ramadan,
Lalu, taubat yang kita lakukan tak cukup dengan istighfar belaka, melainkan kita harus mengganti atau meng-qadha kewajiban-kewajiban yang pernah kita tinggalkan.
Selain itu, sebagai makhluk sosial yang hidup berinteraksi dengan sesama, adakalanya kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, baik disengaja atau tak disengaja.
Barangkali kita pernah menggunjing tetangga, mengambil hak orang lain tanpa izin atau menyakiti saudara dengan perkataan yang kasar.
Taubat dari dosa-dosa yang bersifat haqqul adami ini, tentu tak bisa selesai hanya dengan istighfar.