Pura sebagai Tempat Suci Hindu

Sabtu 09 Mar 2024 - 09:52 WIB
Reporter : Abdul Karim
Editor : Abdul Karim

Pura Desa untuk memuja Dewa Brahma (Sang Pencipta), Pura Puseh untuk memuja Dewa Wisnu (Sang Pemelihara), dan Pura Dalem untuk memuja Dewa Syiwa (Sang Pemusnah).

Selain Pura Kahyangan Desa, ada juga yang dikenal dengan Pura Kahyangan Jagat. Pura Kahyangan digunakan untuk memuja Ida Sang Hyang Widi Wasa dan roh para leluhur. 

Pura Kahyangan Jagat dibagi menjadi Pura Sad Kahyangan Jagat dan Pura Dhang Kahyangan. Pura Sad Kahyangan berada di enam lokasi Kahyangan besar di Pulau Bali. Pura ini diyakini masyarakat Bali sebagai sendi spiritual dan pusat kegiatan keagamaan. 

Pura Sad Khayangan sendiri terdiri atas Pura Luhur Uluwatu, Pura Lempuyang, Pura Goa Lawah, Pura Watukaru, Pura Bukit Pengalengan, Pura Besakih, dan Pura Dhang Kahyangan.

Sebagian besar Pura Dhang Kahyangan mempunyai kaitan erat dengan Dhang Hyang Nirartha, seorang pendeta Hindu dari Kerajaan Majapahit. Pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong, sekitar tahun 1411 Saka (1489 M), Dhang Hyang Nirartha mengadakan yatra (perjalanan spiritual) keliling Bali, Nusa Penida dan Lombok. Di beberapa tempat yang disinggahi Dhang Hyang Nirartha dibangunlah beberapa pura. Seperti Pura Uluwatu dan Pura Rambut Siwi.

Ada di antaranya Pura Luhur Uluwatu yang terkenal di Bali

Menurut situs Kebudayaan Kemdikbud, Pura Luhur Uluwatu terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Kata Ulu berarti ujung, atas, atau puncak, sedangkan Watu berarti Batu. Pura Uluwatu diartikan sebagai tempat suci yang dibangun di puncak batu karang.

Pura Luhur Uluwatu berada di arah barat daya sebagai pura untuk memuja Tuhan dalam wujud Batara Siwa Rudra. Kedudukan Pura Luhur Uluwatu berhadap-hadapan dengan Pura Andakasa, Pura Batur dan Pura Besakih yang berfungsi sebagai pura Sad Kahyangan Jagat.

Tempat ibadah agama Hindu yang juga dikenal di Pulau Dewata adalah Pura Besakih. Lalu Pura Agung Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, yang berada di lereng sebelah barat daya Gunung Agung, Bali.

Nama Besakih diambil dari Bahasa Sansekerta, wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki artinya selamat. Selain itu, nama Pura Besakih didasari oleh mitologi Naga Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara.

Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan konsep Tri Hita Karana. Di mana penataannya menyesuaikan dengan arah mata angin agar struktur bangunannya mewakili alam sebagai simbolisme keseimbangan. (glg-kum/rim)

 

Tags :
Kategori :

Terkait