Indonesia Diguyur Dana RBC USD56 Juta

Jumat 23 Feb 2024 - 21:10 WIB
Reporter : Taufik Wijaya
Editor : Taufik Wijaya

JAKARTA – Indonesia berkomitmen untuk maksimal menekan emisi secara sistematis dalam koridor tata kelola karbon.

Demikian diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya usai membuka workshop Pelaksanaan Result Based Contribution (RBC) Tahap 1 Norwegia di Jakarta, 22 Februari 2024. 

Siti menegaskan Indonesia akan terus menunjukkan kinerja aksi iklimnya kepada dunia internasional. ’’Kita penting menunjukkan kepada internasional bahwa kita itu kerjanya berbobot. Tidak hanya main-main. Bagaimana cara mengambil keputusan, mengurai masalah, dan memformulasikannya menjadi aksi,” kata Siti. 

Siti menjelaskan, workshop kali ini tentang aksi iklim secara detail. Kegiatan ini melibatkan Pemerintah, Pemda, NGO, dan akademisi. Menurutnya, peran workshop ini sangat penting. Selain sebagai suatu kerja implementasi aksi iklim yang sistematis, juga sebagai showcase dimana kerja aksi iklim khususnya dalam kerangka kerja FoLU Netsink 2030 di Indonesia, berlangsung secara sistematis dan dalam rambu-rambu carbon governance.

BACA JUGA:Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Rumah Jabatan DPR Masuk Tahap Penyidikan

“Bagi internasional governance itu penting. Begitu juga bagi Indonesia. Maka workshop ini diadakan agar kerja kita itu sistematis. Dengan begitu mereka tahu kita tidak main-main dengan dana internasional,” ungkapnya.

Siti menambahkan, workshop ini juga sangat penting sebagai wujud kongkrit kerja nyata dan sikap saling menghormati dalam kerja sama antarlembaga sesuai MoU Kerjasama RI-Norwegia. 

Bagi Indonesia, rangkaian langkah kerja Pemerintah Norwegia melalui RBC ini merupakan pengakuan sejalan dengan prestasi Indonesia dalam penurunan emisi GRK dari REDD+ dalam framework FoLU Netsink 2030.

Siti menyampaikan, Indonesia sudah menerima Result Base Contribution (RBC) identik dengan RBP, sebesar USD56 juta untuk pengurangan emisi pada tahun 2016/2017 sebesar 11,2 juta ton melalui Indonesia-Norwegia Partnership ini. 

BACA JUGA:Kasus Korupsi di DJKA Kemenhub, Ini yang Didalami KPK!

Dana tersebut, lanjutnya, dimanfaatkan untuk Implementasi Indonesia FOLU Net Sink 2030 seperti yang dirinci pada workshop ini. Kemudian, RBC USD 100 juta untuk pengurangan emisi sebesar 20 juta ton CO2e dari emisi 2017/2018 dan 2018/2019.

“Saat ini, sedang mulai diproses untuk RBC IV untuk emisi dari 2019/2020. Kita harapkan sudah akan bisa diselesaikan dan didapat hasilnya pada akhir tahun 2024 ini,” harapnya.

Dari sisi jumlah ton CO2e, untuk saat ini masih tidak lebih dari 100 juta ton CO2e. Angka ini masih jauh di bawah prestasi Indonesia yang telah menurunkan emisi GRK yang sudah mendapatkan verifikasi Sekretariat UNFCCC sekitar 577 juta ton.

Artinya, hingga saat ini untuk penanganan iklim khususnya Folu Netsink 2030 Indonesia masih sangat besar didukung oleh kekuatan dana pemerintah dan dari aktivitas masyarakat sendiri. Khususnya FoLU yang telah menjadi bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari menyangkut interaksi manusia Indonesia dengan alam.

BACA JUGA:Wow! Indonesia Penghasil Sampah Plastik Terbesar Kedua di Dunia

Kategori :