Sementara itu, kebutuhan susu industri melebihi 4 juta ton per tahun, namun pasokan lokal hanya mampu menutupi sekitar 20 persen dari total permintaan. Padahal, nilai ekspor produk olahan susu justru meningkat dari USD144,2 juta pada 2021 menjadi USD233,5 juta pada 2024. Kondisi ini diperburuk tekanan daya beli masyarakat yang masih lemah serta persaingan pasar yang semakin ketat.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengungkapkan bahwa tahun ini industri mamin menghadapi tantangan yang tidak ringan, baik dari sisi global maupun domestik. Gapmmi memperkirakan pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2025 cenderung stagnan atau hanya tumbuh sekitar 5 persen.
’’Angka 5 persen adalah proyeksi yang cukup realistis, mengingat berbagai tekanan mulai dari ketidakpastian kebijakan tarif dagang Amerika Serikat di bawah Donald Trump hingga lemahnya konsumsi domestik,” ujar Adhi.
Menurut Adhi, agar bisa tetap kompetitif di tengah kondisi yang tidak menentu, pelaku industri harus fokus pada efisiensi produksi dan mendorong inovasi produk. ’’Strategi adaptif adalah kunci agar sektor mamin tetap bertahan dan berkembang,” tegasnya. (jpc/c1)