Harga Kopi Dunia Naik, Produktivitas Masih Rendah

Minggu 18 May 2025 - 20:52 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Syaiful Mahrum

 

Dukungan dari pemerintah juga diperlukan dalam bentuk akses finansial, teknologi, serta pupuk subsidi bagi petani kopi lokal saat tengah harga kopi dunia naik untuk tingkatkan kesejahteraan.

 

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan juga mengungkap tantangan besar yang dihadapi petani kopi Indonesia untuk bisa menjadi pemain utama di panggung dunia. Meski saat ini Indonesia berada di posisi keempat sebagai produsen kopi terbesar, jarak dengan dua negara teratas, Vietnam dan Brasil, masih sangat jauh.

 

Menurut Zulhas, salah satu akar masalah utama adalah pola pengelolaan hasil keuntungan oleh petani. Saat harga kopi sedang tinggi, keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk pengembangan kebun.

 

’’Kalau petani Vietnam, uang dari hasil panen dikembalikan ke kebunnya untuk memperbaiki kualitas. Namun, petani kita justru beli rumah, motor, mobil. Kebunnya malah terbengkalai,” ungkap Zulhas. 

 

Akibatnya, kata Zulhas, kualitas kebun dan hasil panen menurun seiring waktu karena kurangnya investasi kembali dalam budi daya dan pengolahan kopi.

 

Zulhas juga menyoroti rendahnya produktivitas kopi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), luas panen kopi nasional mencapai 1,25 juta hektare. Namun, rata-rata produksi per hektare masih di bawah satu ton.

 

’’Produktivitas kita sangat rendah. Saya sudah minta ke Pak Erick agar BUMN bisa bantu menyediakan bibit unggul,” jelasnya terkait produktivitas petani kopi Indonesia.

 

Lebih lanjut, Zulhas menyatakan pemerintah kini memperluas perhatian ke sektor perkebunan, seperti kopi, kakao, dan kelapa. Ketiga komoditas tersebut, dinilai semakin menguntungkan seiring harga yang tengah naik. ’’Kita tidak hanya urus beras dan jagung. Perkebunan, seperti kopi, kelapa, dan kakao kini jadi perhatian karena nilainya sedang bagus,” ungkap Zulhas.

Tags :
Kategori :

Terkait