Lampung Fokus Percepatan Hilirisasi

LAMPUNG DISEMINASI: Bank Indonesia perwakilan Lampung menyampaikan Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Triwulan II 2025, yang dilaksanakan di Novotel Lampung, Kamis (11/9).-FOTO ELGA PURANTI/RADAR -

BANDARLAMPUNG – Provinsi Lampung masih fokus pada program hilirisasi komoditas unggulan. Untuk mewujudkannya diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pihak perbankan sebagai penyedia dana. 

Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Triwulan II 2025, yang dilaksanakan di Novotel Lampung, Kamis (11/9). 

Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Bani Ispriyanto mengatakan, ekonomi Lampung di triwulan II 2025 tumbuh sebesar 5,09 persen (yoy), lebih tinggi dibanding rata-rata wilayah Sumatera. 

BACA JUGA:Gubernur Siapkan Skema Peralihan Petani Singkong

“Ekonomi Lampung ditargetkan terus tumbuh dan kuat. Untuk itu kita perlu memperkuat sektor primer seperti pertanian, perkebunan dan perikanan yang menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional,” katanya.

Hal itu juga sejalan dengan penguatan program hilirisasi komoditas unggula di Lampung. Menurut dia, keberhasilan program tersebut juga membutuhkan kolborasi dari berbagai pihak. Mulai dari perangkat desa, pemerintah daerah hingga pusat. Termasuk UMKM dan pihak perbankan. 

“Kementerian pusat telah menyediakan fasilitas mulai dari KUR, dana desa hingga koperasi merah putih untuk meningkatkan produktifitas. Sementara dari daerah juga memfasilitasi dengan mempermudah investor melakukan investasi,” katanya. 

Sementara dari sisi UMKM, juga diharapkan bisa mendorong dunia usaha untuk melakukan kemintraan dengan petani. Serta perbankan yang dapat menyediakan program-program pembiayaan. 

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) provinsi Lampung, Bimo Epyanto dalam paparannya menyebutkan, Lampung memiliki basis produksi perkebunan besar dan berperan penting dalam ekspor non-migas nasional. 

Namun, hilirisasi komoditas strategis masih perlu diperkuat agar mampu memberikan nilai tambah dan daya saing lebih tinggi. 

“Meski basis produksi perkebunan Lampung cukup besar dan menjadi penopang ekspor non-migas, kinerja ekspor komoditas strategis masih didominasui sisi hulu. Hilirisasi sudah berjalan pada beberapa komoditas seperti sawit, tetapi komoditas lain seperti kopi dan kakao masih berpeluang didorong untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi,” terangnya.

Lebih jauh dia mengatakan, Kopi, CPO dan produk olahan buah Lampung sudah memiliki keunggulan kompetitif dan menjadi eksportir neto, sementara daya saing karet masih relative rendah. Hal ini menunjukan potensi besar penguatan daya saing, namun didominasi ekspor produk hulu menyebabkan keterbatasan nilai tambah. 

Guna percepatan hilirisasi, menurutnya, langkah yang harus diambil antara lain penguatan pada beberapa aspek. Seperti perbaikan faktor produksi, pengaturan dan kelembagaan serta promosi dan akses pasar yang baik. 

“Percepatan hilirisasi ini diarahkan pada komoditas yang dapat mendukung upaya menjaga stabilitas inflasi dan stabilitas, diselaraskan dengan upaya mendorong ekonomi yang makin inklusif,” ujarnya. (ega/yud)

Tag
Share