Negosiasi Awal Februari 2025 Gagal
JAKARTA - Persoalan merger Nissan dan Honda semakin berjarak saja. Meski begitu, Nissan dikabarkan masih ingin bekerja sama dengan Honda meskipun negosiasi awal pada Februari 2025 gagal.
Merek asal Jepang tersebut memang berada pada posisi keuangan yang sulit dan tampaknya bersedia melakukan apa pun untuk bertahan. Ini bisa mencakup pemecatan kepala eksekutif saat ini yakni Makoto Uchida yang telah memimpin merek sejak 2019.
Uchida sebelumnya mengatakan bahwa ia tidak akan menghalangi jika komite nominasi Nissan, dewan direksi, dan pemegang saham memutuskan bahwa ia harus disingkirkan. Pasalnya, setelah negosiasi antara Nissan dan Honda untuk mengembangkan perusahaan induk bersama gagal, akan sulit bagi Nissan untuk bertahan hidup tanpa mitra.
"Dalam situasi saat ini, sulit untuk bersaing dengan Nissan sendiri, jadi kami berdiskusi serius tentang proposal Honda," kata Uchida seperti dikutip dari Carscoops, Minggu (9/3).
"Kami tidak yakin seberapa besar independensi Nissan akan terjamin dan apakah potensi kami akan sepenuhnya terwujud jika Nissan menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Honda,” imbuhnya.
Menurut orang dalam Nissan, komite nominasi akan bertemu untuk membahas langkah selanjutnya. Jika Uchida benar-benar tersingkir, kepala keuangan saat ini Jeremy Papin dapat mengambil alih untuk sementara. Ia dapat ditugaskan untuk memimpin negosiasi baru dengan Honda.
Uchida memang sangat ingin menstabilkan bisnis Nissan sebelum meninggalkan jabatannya. Namun, ia baru-baru ini memberitahu pemegang saham untuk memperkirakan kerugian bersih sebesar USD536 juta untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret, meskipun sebelumnya memperkirakan laba bersih sebesar USD 2,5 miliar selama perkiraan pada Mei 2024.
Foxconn telah menjadi pemain utama dalam pembicaraan tentang masa depan Nissan dalam beberapa bulan terakhir. Diketahui bahwa minat raksasa Taiwan untuk mengakuisisi produsen mobil itu adalah salah satu alasan mengapa otoritas Jepang menekan Honda agar bekerja sama dengan pesaingnya, dengan harapan untuk memastikan Nissan tetap menjadi perusahaan Jepang. (jpc/c1)