“Wahai para Elf terhormat, keindahan kalian menghiasi adiwarna”.
Sang pemuda pun mulai membusungkan dadanya dan berdiri dengan percaya diri juga penuh keyakinan menatap para Elf yang bermartabat.
Seorang Elf maju ke hadapan sang pemuda, tersenyum yang membuat kecantikannya bertambah “Wahai pemuda, ksatria kami yang berani, kau pasti sudah mengetahui masalah di Tir na nog dari raja manusia kalian karena itu kau bisa kami panggil kesini” ucap Elf tersebut.
“Saya siap melakukan apapun untuk menyelamatkan Tir na nog dari kegelapan bahkan walau dibayar nyawa sekalipun saya siap berkorban”
“Pemuda yang berani, bahkan untuk pengorbananmu itu kami menyiapkan sebuah bayaran atas jasamu itu nanti” kata Elf tersebut tersenyum ramah. “Benarkah?!” Pemuda itu penasaran “Kalau boleh saya tau apakah bayarannya Elf yang terhomat?”
“Kekayaan untukmu dan tempat tinggal di Tir na nog dan kau juga akan dihormati semua wanita di negeri tempat wanita di sini, dan bukan hanya itu seorang Elf juga akan kami biarkan kau untuk memilihnya untuk dinikahi, bagaimana menurutmu?” Kata Elf tersebut tersenyum memberikan penawaran pada sang pemuda. Cobalah pikirkan siapa laki-laki muda di luar sana yang akan menolak penawaran bagus itu bukan?
Dengan mata yang berbinar pemuda tersebut tersenyum dengan perasaan yang sangat senang “Tentu saja, saya terima semua tawaran tersebut!”
Setelah itu Elf yang ada di hadapan pemuda itu menganggukkan kepalanya perlahan dan kembali berjalan ke tempatnya tadi, tapi sebelum sang Elf kembali ke tempatnya pemuda tadi segera bertanya,
“Maaf tapi sebelum itu saya harus tahu seperti apakah ‘kegelapan’ yang dimaksud? Supaya dengan begitu akan semakin cepat saya bisa mengakhirinya” ucap pemuda tersebut. Elf tadi berhenti sebentar dan melanjutkan jalannya kembali ketempatnya yang semula, dan Elf yang lain segera menjawab
“Ksatria-ku, kegelapan itu bukanlah kegelapan biasa dan tak bisa dibayangkan oleh manusia sepertimu. Tapi sayangnya kami tak bisa menjelaskan itu sekarang disini karena itu sebelum kamu pergi pergilah ke hutan timur disana ada sebuah kuil kecil dan ada penjaganya tanyakan semua yang ingin kamu tanyakan disana.” Kata sang Elf dengan nada yang sangat lembut, pemuda tersebut mengangguk dan segera membungkuk dan pergi ke pintu di belakangnya, tapi setelah pemuda tersebut membuka pintu seorang Elf yang berada di tengah berbicara.
"Ah.!! sebelum itu biar kami peringatkan kamu wahai pemuda hati-hati dengan para nimfa dan Jangan Dengarkan apapun yang mereka bicarakan, ingat itu...!!!” Ucap Elf tersebut pada sang pemuda.
"Baiklah Elf yang agung saya akan mengingat itu, karena itu saya pamit” tapi sebelum pintu benar-benar tertutup sekilas terdengar tawa para Elf “Heney Vin Deya Dandeny Vindeta Baa Savore’k!!..”
Dan tawa para Elf benar-benar terdengar sampai pintu di belakang pemuda itu tertutup dengan sendirinya. Berjalan ke tengah kota, pemuda itu selalu mendengar bisikan para Elf yang terdengar jelas sekali sama dengan kata-kata para Elf di tempat ritual tadi. Tapi ada yang aneh setiap kali para Elf itu berbisik mereka pasti menyeringai dan tertawa dan jika mereka tau kalau pemuda tadi melihat mereka maka Elf tadi semua akan segera tersenyum ramah padanya “Ini aneh, kenapa para-Elf itu tadi semua menyeringai dan segera berbalik tersenyum ramah?”
Setiap pemuda tadi berjalan akan ada saja seorang Elf yang lari ke arahnya membawa tas berisi makanan “Halo ksatria-ku kamu pasti sang pemberani, jadi sebelum kamu pergi ambil lah tas ini sebagai perbekalan kamu” kata Elf tadi, tidak berselang lama pasti akan ada Elf lain yang menghampirinya untuk memberi perbekalan makanan.
“Wahai pemuda berani ambil ini sayangku sebagai bekal mu nanti ya. Juga sebelum kamu pergi ingat ini Jangan Pedulikan Nimfa ya.”
"Ini hebat! Pasti kamu ksatria yang akan menyelamatkan tanah kami kan? Ambil lah ramuan penguat ini. Oh ya ingatlah Jangan Pedulikan Nimfa ksatria-ku. "