BANDARLAMPUNG - Mengawali 2025, kinerja APBN regional Lampung hingga 31 Januari 2025 menunjukkan pertumbuhan positif.
Pendapatan negara terutama yang berasal dari pajak perdagangan internasional tumbuh akseleratif, sementara belanja negara dikelola lebih efisien, dengan percepatan penyaluran Transfer Ke Daerah (TKD).
Pendapatan Negara menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan signifikan di awal tahun. Hingga akhir Januari 2025, realisasi pendapatan negara di Lampung mencapai Rp795,65 miliar, tumbuh 26,21% secara year on year (yoy).
Lonjakan positif ini terutama didorong oleh kuatnya kinerja penerimaan perpajakan yang mencatatkan pertumbuhan 30,70% (yoy).
Kontribusi terbesar berasal dari pajak perdagangan internasional yang melesat hingga 638,50% (yoy), terutama pada komponen bea keluar akibat perbaikan ekspor yang berhasil mencatatkan penerimaan Rp295,12 miliar.
Sedangkan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mengalami pertumbuhan 3,93% (yoy), selaras dengan peningkatan Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU).
Belanja negara tetap akseleratif, dengan efisiensi pada belanja pemerintah pusat (kementerian/ lembaga), serta fokus dukungan pada penyaluran Transfer Ke Daerah (TKD).
Realisasi Belanja Negara hingga akhir Januari 2025 tercatat sebesar Rp3.184.89 miliar atau 10,08% dari total pagu, tumbuh 27,64% (yoy).
Pertumbuhan ini didukung oleh akselerasi penyaluran TKD, yang meningkat 34,73% (yoy), terutama dari komponen Dana Bagi Hasil, tersalur Rp19,98 miliar, tumbuh 61,38% (yoy); Dana Alokasi Umum, tersalur Rp1.999,85 miliar, tumbuh 54,51% (yoy); dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik, tersalur Rp879,64 miliar, tumbuh 9% (yoy).
Di sisi lain, belanja kementerian/lembaga (K/L) mengalami kontraksi sebesar 16,84% (yoy) seiring dengan kebijakan efisiensi anggaran, terutama pada belanja barang dan belanja modal.
APBN terus berperan sebagai shock absorber dalam menghadapi tantangan ekonomi. Hingga 31 Januari 2025, defisit anggaran regional Lampung mencapai Rp2.389,24 miliar, meningkat 28,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pelebaran defisit ini mencerminkan strategi pemerintah dalam menjaga stabilitas daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian global, termasuk fluktuasi harga komoditas dan dinamika geopolitik.
Meskipun defisit meningkat, dampaknya diantisipasi melalui kinerja positif penerimaan negara serta pengelolaan belanja yang lebih efisien.
Pertumbuhan ekonomi Lampung menunjukkan ketahanan yang positif di tengah tantangan nasional dan global. Sepanjang tahun 2024, ekonomi Lampung tumbuh sebesar 4,57% (cftc), melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi di regional Sumatera yang tercatat sebesar 4,45% (cfc).
Namun, capaian ini masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,03% (ctc).