Dikatakannya bahwa perangkat pemantauan kualitas air yang digunakan dalam program ini mampu memberikan data real-time terkait suhu, pH, amonia dan TDS di dalam kolam. Hal tersebut memungkinkan pembudidaya untuk segera mengambil langkah preventif guna menjaga kesehatan ikan budidaya.
Selain pendampingan teknis, jelasnya, dilakukan pula penyerahan perangkat teknologi berupa sistem resirkulasi air, sensor kualitas air, modul kontrol IoT, serta aplikasi pemantau yang dapat diakses melalui smartphone. "Alat ini diharapkan dapat membantu pembudidaya memantau kondisi air secara lebih efektif, mengurangi ketergantungan pada pemantauan manual, dan memberikan respons cepat terhadap perubahan kualitas air," harapnya.
Pada kegiatan ini sendiri menurutnya ditutup dengan sesi evaluasi penerapan teknologi pada tahap awal. Kemudian dari hasil evaluasi sementara, beberapa pembudidaya melaporkan peningkatan produktivitas ikan lele hingga 450 gelas bibit dan tingkat kelangsungan hidup di atas 95 persen sejak penerapan sistem IoT ini.
Menurutnya evaluasi lebih lanjut terus dilakukan secara berkala untuk memastikan teknologi ini dapat diterapkan secara optimal dan memberikan manfaat jangka panjang bagi kelompok pembudidaya. ”Dengan adanya program pendampingan ini diharapkan sektor akuakultur di Pringsewu dapat terus berkembang, mengadopsi inovasi teknologi serta meningkatkan daya saing di pasar perikanan nasional,” ucapnya.
Di bagian lain, Ketua Pokdakan Bintang Rosela Jaya, Puji Suwanto juga menyampaikan apresiasinya atas inovasi yang diperkenalkan oleh tim dosen Unila. "Dengan adanya teknologi IoT dalam sistem resirkulasi, kami berharap produktivitas budidaya ikan dapat meningkat secara signifikan, serta risiko kegagalan panen dapat diminimalisir," ungkapnya. (rls/gie/rim)