BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG – Meski memiliki banyak dampak buruk, junk food atau makanan cepat saji tetap menjadi makanan favorit banyak orang.
Sebuah studi terbaru oleh Dr Eszter Vamos, makanan cepat saji cenderung berdampak negatif terhadap Kesehatan. Bahkan makanan cepat saji bisa memicu risiko kanker.
Pada penelitian yang diterbitkan dalam eClinical Medicine UK itu juga menemukan bahwa setiap orang dengan pola makan makanan cepat saji dengan peningkatan 10%, maka risiko terkena kanker akan meningkat sebanyak 2% dan peningkatan risiko kematian sebanyak 6%.
Para peneliti juga mengungkapkan individu yang mengonsumsi makanan cepat saji dalam jumlah tertinggi (sekitar 41% dari pola makan mereka) memiliki risiko terkena kanker 7% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi makanan cepat saji dalam jumlah paling rendah (9%).
Makanan cepat saji memiliki kandungan kalori yang tinggi. Kalori ini berasal dari lemak dan gula. Namun makanan cepat saji memiliki kandungan mineral, vitamin dan serat yang rendah.
Makanan cepat saji sering kali tidak ditambahkan bahan makanan lain saat dikonsumsi sehingga menyebabkan dominasi asupan yang kurang sehat untuk tubuh.
Keadaan ini mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Seiring waktu, kondisi ini dapat memicu perkembangan sel jaringan yang tidak normal hingga akhirnya menjadi sel kanker.
Adapun makanan cepat saji, antara lain burger, hot dog, kornet, mi instan, gorengan, yoghurt, piza dan lainnya.
Makanan cepat saji sangat adiktif karena perpaduan rasa, tekstur, dan pengaruhnya terhadap suasana hati serta keinginan makan. Makanan ini sarat dengan gula, garam, dan lemak, yang merangsang otak untuk melepaskan dopamin, hormon yang menimbulkan rasa senang.
Pelepasan dopamin tersebut mendorong untuk terus mengonsumsi makanan ini guna merasakan kembali kenikmatannya. Tekstur makanan cepat saji, seperti kerenyahan kentang goreng atau kelembutan burger, juga memberikan sensasi fisik yang memuaskan, sehingga meningkatkan daya tariknya.
Lebih dari itu, ada hubungan kuat antara makanan cepat saji dengan stres dan suasana hati. Saat merasa stres, tubuh sering kali mencari makanan tinggi kalori sebagai bentuk respons biologis yang telah berkembang sejak lama.
Selain itu, ketika merasa bosan atau sedih, junk food sering menjadi pelarian karena memberikan kenyamanan instan meski hanya bersifat sementara.
Bahkan, lingkungan sosial dan kebiasaan juga berperan, di mana makanan cepat saji sering dikaitkan dengan kebiasaan bersantai atau perayaan. Dengan kombinasi rasa yang memikat, tekstur yang memuaskan, dan efek psikologis yang kuat, makanan cepat saji menciptakan siklus keinginan yang sulit dihentikan.
Tidak heran bila kanker sering disebut sebagai penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti pola makan yang buruk, kurang berolahraga, tingkat stres yang tinggi, kurangnya deteksi dini, dan akses terbatas ke perawatan medis yang memadai.
Meskipun makanan cepat saji dapat berdampak pada kesehatan, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab kanker. Sebagian besar kasus kanker dipicu oleh faktor genetika.