BANDARLAMPUNG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung berkomitmen dan konsen terhadap penanganan stunting.
Hal tersebut sesuai dengan visi Provinsi Lampung Rakyat Lampung Berjaya yang tertuang dalam misi ketiga, yaitu meningkatkan SDM dan perlindungan anak.
Sekretaris Bappeda Lampung Evie Fatmawaty dalam rilis di website lampungprov.go.id mengatakan, beberapa inovasi penurunan stunting dilakukan di Provinsi Lampung.
Itu sesuai komitmen Pemprov Lampung yang sangat konsen terhadap penanganan stunting sesuai dengan visi Provinsi Lampung Rakyat Lampung Berjaya.
Pada 2019 angka stunting di Provinsi Lampung masih tinggi, yaitu sebesar 26,26 persen. Namun, pada 2022 Lampung bisa memperbaiki menjadi 15,2 persen. Sehingga Provinsi Lampung masuk kedalam kategori tiga besar Provinsi di Indonesia dengan prevalensi stunting terendah secara nasional.
Dari capaian itu, Provinsi Lampung memperoleh penghargaan dari pemerintah pusat melalui Wakil Presiden RI serta mendapat alokasi insentif fiskal kinerja tahun berjalan untuk kategori percepatan penurunan stunting.
“Ini akan kami lakukan terus keterpaduan dengan pemerintah kabupaten/kota sampai ke desa-desa,” ucapnya.
Diungkapkan Evie Fatmawaty, gubernur Lampung memang miliki program pembangunan berasal dari desa.
“Bahkan kami mempunyai Warung Sehat semua anak-anak yang sakit bisa terpantau dalam Smart Village tersebut, sehingga secara langsung akan berkolaborasi satu data dalam SPBE di Provinsi Lampung,” ujar Evie.
Kepala Bidang Gizi Dinas Kesehatan Lampung Yulianto menyatakan bahwa di Lampung ada Diskes Lampung Tengah saat ini sedang mengembangkan inovasi Siger Kuning (Sistem Informasi Google Earth Pro untuk Konvergensi Stunting).
Siger Kuning merupakan program inovasi dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.
Siger Kuning dilaksanakan mulai Februari 2021, meliputi seluruh wilayah kerja puskesmas di Lamteng. Tujuan dilaksanakannya Siger Kuning, yakni menentukan titik koordinat anak teridentifikasi stunting sesuai nama dan alamat serta mengidentifikasi determinan faktor penyebab stunting meliputi ekonomi, lingkungan, dan pola asuh.
Berdasarkan data yang diperoleh, faktor determinan yaitu data kemiskinan pada balita yang diidentifikasi stunting kemudian ditindaklanjuti melalui Germas PAS (Gerakan Masyarakat Peduli Anak Stunting).