"Tapi kalau dijumlahin, sama aja kalau full tiap hari dagang. Pengennya sih Rp15 ribu. Takut kalau tiba-tiba rame jadi balik ke semula lagi (sewa, Red)," tambah Iis.
Karena hal itu juga, kata Iis, banyak pedagang silih berganti datang dan pergi. ''Terlebih masyarakat belum banyak mengetahui pasar tradisional yang berkiblat ke Pasar Thailand itu ada di Bandarlampung. Tapi kalau ditungguin ada aja yang beli mah. Cuma belum banyak aja yang tahu pasar ini," ujarnya.
Meski begitu, Iis mengaku nyaman dengan lokasi berdagangnya saat ini dibandingkan harus berpanas-panasan di emperan jalan sebelumnya.
"Tetap kalau betah mah. Pelanggan juga sudah pada tahu kalau kita pindah di sini. Lebaran kemarin rame banget di sini. Mending di sini bersih. Ada WC bersih, parkiran gratis dan nggak ada preman. Sebelumnya dagang di emperan Pasar Smep itu panas nggak aman juga," ungkap Iis.
Iis juga berharap makin banyak lagi masyarakat yang datang untuk berbelanja bahan pokok, bukan hanya untuk sekedar makan dan sarapan di pasar.
"Kebanyakan yang datang untuk jajan makan nasi uduk, mi ayam, pecel, urap, dan lainnya. Padahal harga sayur dan bahan pokok di sini nggak beda dengan pasar di depan. Mudah-mudahan semakin hari semakin ramai," kata Iis.