Karya Hayyuna Diyanah Anshar
Kunikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Mungkin kata indah dan sejuk cocok untuk menggambarkan suasana yang kurasakan saat ini. Ke arah mana pun aku memandang, aku pasti menemukan bayangan gunung-gunung yang menjulang tinggi di balik awan tipis yang menyamar sebagai kabut pegunungan.
Tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Di sebelah kiriku, para petani dengan wajah gembira memanen hasil kerja kerasnya. Hal ini semakin membuat aku kagum dengan salah satu daerah di Indonesia yang sebelumnya tidak terlintas dalam benakku.
Hari-hariku di Indonesia, tepatnya di salah satu desa kecil di Lampung, berjalan sesuai harapanku. Kami akan menetap di negeri yang dikenal dengan ragam budayanya yang unik dan menarik. Mama mendaftarkanku ke sebuah sekolah dasar di Lampung. Hari itu adalah jalan diriku untuk memulai kehidupan baru di negeri ini.
BACA JUGA:Manusia Pilihan
Setelah matahari terbit kembali, aku bersiap untuk berangkat ke sekolah. Kemarin merupakan hari yang sangat menyenangkan bagiku. Banyak kejadian tak terduga terjadi. Salah satunya karena aku mendapatkan teman baru.
Kulihat jam yang berada di dinding bernuansa klasik menunjukkan pukul 07.155 WIB. Kurapikan seragamku karena hari ini aku bersekolah di SD Years Smart.
Jangan kira kehidupan sekolahku langsung berjalan mulus. Pada awalnya aku yakin, teman-temanku pasti menyambutku dengan baik. Aku cukup lancar berbahasa Indonesia kok, walaupun belum banyak kosakata yang kupahami. Begitu pikirku.
Ketika melewati gerbang sekolah. Aku terdiam sejenak, “"Ahh... ternyata ini sekolah baruku".”
"Gittta!" terdengar suara seseorang memanggil namaku.
Sontak aku membalikkan badan. Kulihat di depan gerbang terdapat seorang gadis berkulit putih dengan rambut hitam legam yang memakai pita di rambutnya sedang melambaikan tangan ke arahku. Ya, aku mengenalnya. Ddia adalah Asteria, tetangga baruku.
"Asteria!" teriakku. Ia langsung berlari kecil menghampiri diriku.
"Gitta, kamu bersekolah di sini juga?" tanyanya sambil mengatur napfas.
"Iya, sesampainya di Indonesia Mama langsung mendaftarkanku ke sekolah ini."
" Jadi begitu ceritanya. Kamu murid kelas berapa, Ria?" sambungku lagi.