Indonesia-Thailand Bahas Potensi Baru Kerja Sama Ekonomi
BAHAS KERJA SAMA: Parlemen Thailand saat mengunjungi Kantor Kemenko Perekonomian, Kunjungan mereka untuk belajar sekaligus membahas potensi baru kerja sama. -FOTO KEMENKO PEREKONOMIAN-
JAKARTA - Pandemi Covid-19 mendorong pemerintah menerapkan kebijakan-kebijakan inovatif hingga diakui sebagai salah satu negara yang berhasil pulih lebih cepat dibanding negara-negara lainnya.
Keberhasilan Indonesia bangkit dari kondisi terpuruk akibat Covid-19 tersebut dilirik oleh beberapa negara, salah satunya Thailand.
Dalam kunjungan ke Indonesia Rabu (26/6), Parlemen Thailand ingin belajar dari Indonesia terkait menggabungkan upaya pertumbuhan ekonomi dan demokratisasi, pengembangan electric vehicle, Program Kartu Prakerja untuk pengembangan SDM, hingga penggunaan desentralisasi sebagai mesin pertumbuhan nasional.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut kunjungan para delegasi dari Parlemen Thailand di kantor Kemenko Perekonomian.
BACA JUGA:Rupiah Melemah, Pemerintah Diminta Tak Buru-buru Naikkan Harga BBM
Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Thailand yang dipimpin oleh Ketua Komisi Pembangunan Politik, Komunikasi Massa, dan Partisipasi Publik Parlemen Thailand Parit Wacharasindhu ingin belajar dari Indonesia.
“Indonesia negara yang mempunyai tiga zona waktu, jadi kunci dari desentralisasi adalah perlu pertumbuhannya tidak terpusat. Indonesia ingin setiap daerah memiliki pertumbuhan yang sama, pembangunan tidak di Pulau Jawa saja, tetapi juga di sekitar Indonesia bagian timur dan barat. Salah satu yang kami lakukan yakni mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus. Kami memiliki hampir 22 kawasan ekonomi khusus di seluruh Indonesia, dan salah satu kebijakan Indonesia adalah Indonesia sedang mengembangkan hilirisasi industri,” jelas Menko Airlangga.
Lebih lanjut Menko Airlangga juga menjelaskan untuk industri manufaktur, Indonesia telah meluncurkan Indonesia 4.0. Indonesia juga sudah berfokus dalam mineral kritis yang baru dua tahun lalu Amerika Serikat dan Eropa menyadari pentingnya mineral kritis tersebut.
BACA JUGA:Tampil Mengejutkan dengan Mengalahkan Portugal 2-0, Georgia Cetak Sejarah
Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa Indonesia memproduksi 50 juta ton CPO dan sedang mengembangkan biodiesel 35.
Menurutnya, kuatnya Thailand dalam memproduksi gula, termasuk gula mentah, di fase selanjutnya Thailand dapat membangun etanol yang dapat menjadi peluang kerja sama lain antara Indonesia dan Thailand.
“Kita perlu melakukan investasi yang meningkatkan swasembada energi di negara-negara ASEAN. Dan saya pikir itu penting untuk sektor ini. Jadi, menurut saya dalam dua isu tersebut, mengenai kelapa sawit dan karet alam, saya kira kita harus bekerja sama,” ungkap Menko Airlangga.
Selanjutnya terkait EV, Menko Airlangga mengatakan bahwa mineral kritis antara lain nikel, tembaga, kobalt, dan alumunium yang merupakan bahan baku energi baru terbarukan terdapat di Indonesia.
BACA JUGA:Tolak Aturan Tembakau di RPP Kesehatan