RAHMAT MIRZANI

Mimpi Indah Putri Ayah

-Ilustrasi Freepik-

"Tapi, Ayah …” sela Annisa.

"Putri Ayah nggak pernah ragu untuk berusaha," tekan Sunarno yang lantas membuat Annisa mulai merasa bangkit. Ia menautkan kelingking ke jari sang Ayah. 

"Baik, aku janji akan buat Ayah paling bahagia sedunia!" ucapnya semangat. Sunarno tertawa mendengarnya. 

Jauh dari mereka, seseorang tengah memperhatikan. Sebelum akhirnya pergi. 

***

 

"Annisa, kamu dipanggil Pak Eri," Syafa si sekretaris kelas memanggil Annisa yang sedang menyalin catatan temannya. Annisa menoleh, kemudian mengerutkan keningnya. 

“Ada apa Kepala Sekolah memanggil? Apa masalah bayaran sekolah?” dengan perasaan ragu-ragu, akhirnya Annisa melangkah pergi ke ruang guru mencari keberadaan Pak Eri yang memanggilnya. 

"Bapak panggil Annisa?" tanya Annisa, menghampiri Pak Eri yang duduk di ruangan kerjanya. Pak Eri mengangguk dan mempersilakan Annisa duduk. Hening selama beberapa menit, Pak Eri belum juga memulai pembahasan. 

"Kamu peringkat dua di kelas ya?" tanya Pak Eri membuka pembicaraan. 

"Iya, Pak. He, he," jawab Annisa, malu-malu. 

"Udah siap mau jadi dokter?" tanya Pak Eri lagi, lantas membuat Annisa terkejut. "Kok Bapak tahu Annisa mau jadi dokter?"

Pak Eri pun tersenyum, menatap Annisa dengan keyakinan. 

"Tentu, Bapak tahu semuanya," katanya. 

"Bapak sudah cari beasiswa kedokteran, untuk kamu. Alhamdulillah ada yang memenuhi kriteria. Bapak mau dengar pendapatmu." Ucapan Pak Eri lantas membuat Annisa ternganga, sungguh ini benar-benar sebuah keajaiban.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan