RAHMAT MIRZANI

Budidaya Bawang Dayak Jadi Peluang Usaha

TUMBUH OPTIMAL: Saifuddin Efendi menunjukkan tanaman bawang dayak yang sengaja ditanam untuk dipanen. Butuh 5-6 bulan agar bawang ini bisa dipanen. -FOTO SHOLEH/JAWA POS -

Keterbatasan tempat menjadi salah satu masalah bagi masyarakat perkotaan untuk mengembangkan ruang terbuka hijau. Tetapi, persoalan tersebut sepertinya tidak berlaku bagi Kampung Sidokumpul Barat alias Siba, Gresik, Jawa Timur (Jatim). Berderet jenis tanaman hias, tanaman obat, hingga sayuran terlihat rimbun dan teduh menghiasi jalanan kampung.

BAWANG dayak menjadi salah satu tanaman yang ditanam pada jalanan masuk kampung. Daunnya yang lebat dan tinggi menjulur tidak seperti jenis bawang-bawangan pada umumnya. Beberapa helai daunnya bahkan memiliki ukuran panjang hingga 1 meter.

Ketua RT 02 Sidokumpul, Saifuddin Efendi mengatakan awalnya warga Siba hanya membeli bawang dayak sebagai tanaman hias. Tanpa mempunyai pengetahuan lebih tentang apa manfaat serta bagaimana cara perawatannya. Alhasil, beberapa bibit tanaman bawang dayak  gagal berkembang, karena mendapat penyiraman harian secara rutin sama seperti tanaman lain. ’’Awal-awal itu pada mati karena disiram terus sama warga,” ucapnya.

BACA JUGA:Anak Hobi Belajar Coding: Mengapa dan Bagaimana Mendukungnya?

Upaya perawatan yang keliru terus berlanjut hingga Kampung Siba mendapatkan kunjungan dari mahasiswa. Pria yang akrab disapa Ipung kemudian meminta bantuan para mahasiswa terkait upaya budi daya bawang dayak yang baik. Serta, manfaat apa saja yang bisa dihasilkan dari bawang dayak tersebut. 

’’Dari mereka saya tahu cara perawatannya. Termasuk nggak perlu sering-sering disiram air,” tuturnya. Ketika pembibitan, bawang dayak diletakkan pada baskom berair selama seminggu. Hingga kemudian, mulai tumbuh tunas, lantas dipindahkan pada media tanam.

Kampung Siba membedakan media tanam menjadi dua jenis. Yaitu, yang dikhususkan untuk dipanen serta yang dibiarkan tumbuh liar sebagai tanaman perindang. Pada jenis tanaman perindang, media tanam yang digunakan hanya tanah dengan intensitas air yang minim. Sementara itu, media tanam yang disiapkan untuk dipanen terdiri atas komposisi tanah, kompos, dan sekam. ’’Kebetulan, kami punya metode kompos sendiri. Jadi, kami berdayakan sampah organik dari warga yang diolah jadi kompos,” ungkapnya.

Pupuk kompos tersebut juga rutin dijadikan sebagai nutrisi tambahan selama masa pertumbuhan. ’’Butuh sekitar 5–6 bulan untuk bisa dipanen,’’ lanjutnya. Ipung menyampaikan bawang dayak yang dirawat secara optimal memiliki hasil panen hingga tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan yang tumbuh liar. Pada bawang dayak yang tumbuh liar, umbi bawang jarang muncul. ’’Kalau yang dirawat kayak gini, umbinya bisa rimbun pas dipanen,” sambungnya.

BACA JUGA:Tips Merawat Ikan Koi Aragoke Sisik Naga Agar Tampil Menawan

Bentuk lebih optimal tersebut juga tampak pada panjang dan warna daun bawang dayak. Bawang dayak yang tumbuh liar maksimal hanya memiliki ukuran panjang sekitar setengah meter. Warna daun cenderung kekuningan. Sementara itu, yang dirawat secara optimal memiliki daun berwarna hijau segar. ’’Panjang daunnya bisa semeter gini,” papar Ipung.

 

Hasil panen dari bawang dayak diolah menjadi serbuk minuman herbal. Pasalnya, menurut Ipung, bawang dayak memiliki sejumlah manfaat. ’’Bisa menurunkan risiko diabetes, kadar kolesterol, dan obat sakit perut,” ucapnya. (jpc/nca) 

Tag
Share