RAHMAT MIRZANI

Cukup Aku

-ILUSTRASI GERALT/PIXABAY-

Kekecewaan tumbuh menjadi lebih besar ketika temanku memainkan peran dalam acara besar sekolah. Aku diberi kepercayaan oleh para guru untuk menjadi ketua dalam acara besar itu. Dengan mudahnya ia menuduhku memalsukan proposal, mengambil sebagian uang kas dan tuduhan lainnya. 

 

Amarahku meluap saat itu. Kecewa, dendam, benci, semua menjadi satu. Ingin rasanya menentang semua yang ia ucapkan. Lagi-lagi aku kalah dalam pembelaan. Sebagian guru masih saja mempercayainya dengan alasan yang berbagai macam. Tak masuk akal memang. Namun, itulah yang terjadi padaku.

 

Tangisku pecah saat aku berhadapan dengan wali asuhku. Tak mampu berucap, tak mampu mengeluh. Hanya isakan tangis yang tampak dengan wajah menyerah. Tanpa aku bercerita kepadanya, ia mengetahui apa yang kurasakan. Beliau memeluk erat diriku dan mengatakan. 

 

“Anak Ibu kuat kok. Kebenaran akan selalu menang. Ini hanya permulaan dari ujian yang Allah beri untukmu. Tetap jadi wanita kuat dan ingat perjuangan Ayah, Ibu, Abah, dan orang-orang yang sayang sama kamu. Tetap bertahan, jangan tumbang.” 

 

Kusematkan kata-kata itu dalam pikiran dan lubuk hatiku. Berharap aku mampu melewati semua ini. Masalah demi masalah berdatangan menjumpaiku. Namun, Allah selalu baik kepada hambanya. Dibalik semua masalah yang kuhadapi, kebahagian datang silih berganti. Bahkan kebahagiaan yang kudapat tak sebanding dengan masalah yang kuhadapi.

 

Lagi-lagi aku harus menghadapi masalah serius. Hanya karena masalah sepele, perbedaan pendapat. Aku dipanggil ke ruang kepala sekolah bersama salah satu guru. Karena aku tak sependapat dengan kebijakan kepala skolah, aku dianggap telah membentuk aturan sendiri.

 

Padahal pendapat yang kusampaikan adalah usulan, bukan kepastian yang harus terjadi. Mungkin kami berbeda persepsi, akhirnya menimbulkan konflik. Di ruangan itu aku mati-matian direndahkan, dipojokkan dan lain sebagainya. Rasanya tak sanggup lagi berada di lingkungan ini. 

 

Setelah kejadian itu aku merasa hidupku tak ada guna. Ditengah rasa lelahku, aku teringat dengan kata-kata Abah dan wali asuhku. Bahwa yang kuhadapi saat ini akan berakhir di waktu yang tepat dan kebenaran akan memenangkan perannya.

Tag
Share