Jadi Ladang Cuan, PRL 2024 Sepi Pengunjung
SEPI PENGUNJUNG: Kondisi Pekan Raya Lampung 2024 di kompleks PKOR Wayhalim, Bandarlampung, yang sudah berlangsung sejak Rabu (22/5).-FOTO ARIF-PRIMA/RLMG-
BACA JUGA:RSUDAM Bedah Jantung Terbuka 2 Pasien
Biaya sewa yang tinggi itu tak hanya membebani pedagang, juga pembeli karena harganya yang ikut naik. Sebab untuk makanan berkuah seperti yang dijual pedagang tersebut aja biasanya 1 mangkuk dihargai kisaran Rp12-15 ribu saja dan minuman jeruk untuk 1 gelas hanya Rp5 ribu. Tapi, ini melonjak tinggi.
Itu dibuktikan saat wartawan koran ini memesan 1 mangkuk makanan dengan 1 gelas minuman jeruk. Saat melakukan pembayaran, untuk pesanan tersebut dimintai harga sebesar Rp30 ribu. Saat ditanya apakah kenaikan harga tersebut dikarenakan penyewaan stan yang begitu mahal? Pedagang ini pun menjawabnya dengan anggukan.
Beralih ke area lain, tepatnya di Festival Kaya Rasa yang sistem penyewaan stannya berbeda dengan lainnya. Area Festival Kaya Rasa ini berada di sebelah kiri setelah jalur dua dari gerbang masuk PRL sistem yang diberlakukan bagi hasil. Pelaku usaha 80 persen dan penyelenggara PRL 20 persen.
Pengakuan ini didapat langsung dari salah satu pedagang. Terpantau pula ada satu kru yang bersiaga di sekitar pedagang yang akan langsung mendatangi pedagang setiap kali melakukan penjualan. “Bagi hasil, (PRL) 20 persen,” katanya tanpa menyebutkan nama.
Wartawan koran ini mengalaminya langsung usai melakukan pembayaran 1 gelas minuman, uang yang sudah diterima pedagang tiba-tiba langsung diserahkan kepada satu petugas PRL perempuan yang sudah bersiaga. Petugas itu tampak mengenakan tanda pengenal dengan keterangan crew yang langsung mengambil uang pembayaran dan melakukan scan dengan ponselnya di lapak tersebut.
Mengonfirmasi beberapa hal tersebut, Manager Marketing PRL Adi Susano pun tak membantahnya. Ia membenarkan soal biaya sewa stan yang Rp17 juta tersebut. ’’Betul,” katanya saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (29/5).
Meski begitu, Adi mengatakan tak semua stan harga sewanya Rp17 juta, ada juga yang harganya di bawah itu. ’’Ada Rp5 juta, ada Rp7 juta juga,” katanya.
Menurutnya itu tergantung area yang ditempati para pelaku usaha dalam menyewa stan. ’’Kita variasi, tergantung cluster-nya,” jelas Adi.
Untuk di area UMKM, Adi menyebut penyewaan dimulai harga Rp5 hingga Rp10 juta. ’’Ada di area UMKM itu Rp5 sampai Rp10 juta selama 20 hari, sudah termasuk tenda dan flooring,” tutupnya.
Diketahui, fakta lainnya pada PRL tersebut hampir seluruh pengunjung justru tak tertarik untuk memasuki anjungan daerah-daerah. Pantauan Radar Lampung pada setiap anjungan daerah justru sepi dan nyaris tak dikunjungi masyarakat.
Masing-masing petugas anjungan yang berjaga nampak tanya berdiam diri dan berkomunikasi satu sama lain. Karena memang tak ada pengunjung di anjungan-anjungan tersebut yang harus mereka layani.
Padahal demi menarik pengunjung, anjungan daerah tersebut tak kurang-kurang dalam memberikan pengalaman dan informasi. Ada yang menggunakan panggung musik, hiburan seperti orgen, hingga karya unik dengan bambu.
Itu sangat tidak sesuai dengan tujuan utama penyelenggaraan PRL yang semestinya menyajikan informasi dan promosi tentang hasil pembangunan daerah di Provinsi Lampung. Itu sebagaimana yang tertera di paragraf kedua website resmi PRL 2024 di pekanrayalampung2024.com
yang isinya: “Dalam rangka HUT Lampung ke-60 menyajikan informasi kepada masyarakat tentang berbagai program kegiatan pembangunan yang telah sedang dan akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Lampung melalui inovasi berbagai sektor (maritim, Energi Terbarukan, Intrastruktur, Pariwisata, Kedaulatan Pangan, Kesehatan dan Pendidikan)”.