Marsinah dan Wiji Thukul Wajah Perjuangan Buruh Indonesia

wijithukul.tk--

1 MEI diperingati sebagai hari buruh sedunia atau dikenal dengan istilah May Day. Sekedar informasi, peringatan hari buruh sudah diinisiasi lebih dari 130 tahun yang lalu.

Pada tahun 1889, federasi internasional dari kelompok sosialis dan serikat buruh sepakat tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari untuk menggalang solidaritas di kalangan pekerja. 1 Mei dipilih untuk mengenang tragedi haymarket riot atau kerusuhan haymarket yang terjadi di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

Haymarket riot merupakan tragedi kekerasan yang melibatkan polisi dan massa buruh yang sedang berunjuk rasa di Chicago pada 4 Mei 1886. Peristiwa bermula dari kerusuhan tanggal 3 Mei yang terjadi saat aksi unjuk rasa buruh perusahaan McCormick Harvesting Machine Company. Setiap perayaan May Day, biasanya para buruh di berbagai negara melakukan aksi demonstrasi yang dilakukan sebagai bentuk unjuk rasa serta penyampaian pendapat dalam menegakan hak-hak kaum buruh.

BACA JUGA:Perjuangan Buruh Baja di AS Inspirasi Terbentuknya Serikat Pekerja

Sejarah pergerakan buruh di Indonesia juga diwarnai oleh perjuangan beberapa tokoh. Diantaranya gelar Pahlawan Buruh Nasional diberikan kepada Marsinah, Muchtar Pakpahan, Jacob Nuwa Wea, dan Thamrin Mosiisaat pada peringatan Hari Buruh Internasional di Jakarta, 1 Mei 2022.

1. Marsinah 

Hingga sekarang, nama Marsinah masih melekat menjadi ikon perjuangan kaum buruh melawan penindasan. Marsinah adalah aktivis buruh yang dibunuh ketika masa Orde Baru. Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Kakaknya bernama Marsini dan adiknya adalah Wijiati.

Ayah Marsinah bernama Astin dan ibunya adalah Sumini. Keluarga mereka tinggal di desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Ketika Marsinah berusia tiga tahun, sang ibu meninggal dunia. Setelah itu, ayahnya menikah lagi.

Kemudian, Marsinah diasuh neneknya, Paerah, yang tinggal bersama paman dan bibinya. Sejak kecil, Marsinah sudah terbiasa bekerja keras. Sepulang sekolah, ia selalu membantu neneknya menjual gabah dan jagung.

BACA JUGA:Tidak Ada Alasan Perusahaan Bayar Upah Karyawan Dibawah UMK!

Marsinah bekerja sebagai buruh diPT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik pembuat jam yang berada di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Semasa hidup, Marsinah dikenal vokal menyuarakan hak-hak kaum buruh. Perjuangan Marsinah pun terpaksa terhenti setelah ia diculik, disiksa, diperkosa, hingga dibunuh pada 8 Mei 1993.

Jenazah Marsinah ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di daerah Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur, sekitar 200 km dari tempatnya bekerja, pada 9 Mei 1993.

Pembunuhan seorang perempuan ini pun menjadi salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang pernah terjadi di Indonesia dan menarik perhatian dunia.

Tag
Share