Skenario Tuhan

-Ilustrasi Flying Raven/PIXABAY-

Tak lama bi Ina membawakan semangkuk sup ayam, nasi dan jus alpukat. Setelah mengantar makan, bi Ina biasanya langsung meninggalkan kamar ku, tapi untuk kali ini bi Ina masih setia berdiri di kamar. Seperti ada yang mau  dikatakan. 

“ non, hemmm” benar dugaanku,

“ non bibi besok mau izin pulang kampung, saudara bibi ada yang mening__”

“ iya bi,” potong ku. Aku sudah tau apa yang akan bi Ina katakan. Mau tidak mau aku harus memperbolehkan bi Ina pulang, karena sudah 2 tahun bi Ina tidak kembali kekampungnya. Karen papa tidak mengizinkan bi Ina. 

Terlihat senyum kebahagian di muka bi Ina. Berbeda dengan perasaanku saat ini, perasaan keterpaksaan untuk menerirma kenyataan bahwa dua minggu ini aku akan benar-benar sendiri. Aku mencoba untuk menelpon papa, mungkin papa sedang istirahat.

“ hallo,” telepon tersambung,

“ pa.. apa_”

“ nak papa sedang ada meating, nanti papa telphon lagi “ “ papa apa kabar ”? Huft tut..tut..tut. telepon tertutup secara tiba-tibaaku menghebus napas kasar. Hanya untuk mendengar suaranya pun begitu sulit, bahkan untuk 1 menit saja.

“ Seharusnya aku tidak menelepon papa. Seharusnya aku tau apa jawaban papa. Ah mungkin mama sedang istirahat “ aku mencari kontak mama di handpone ku. 

Telepon berdering, tapi tidak ada jawaban dari mama. Aku mencoba meneleponnya berkali kali, tapi tetap saja mama tidak dapat dihubungi. 

Akhirnya aku memutuskan untuk bersiap diri untuk tidur. Aku mencoba untuk tidur, alhasil gagal. Teringat 15 tahun lalu, setiap malamnya, mama membacakan ku sebuah cerita sebelum aku merajut mimpi indah. Mencium kening ketika aku tertidur, membuatkan susu hangat ketika bangun tidur, membuatkan sarapan. Tapi semua itu hilang secara tiba-tiba, bahkan sampai sekarang aku pun tidak tau alasan mereka seperti ini. Kesibukan menyelimuti papa mama, Pulang pergi ke luar negri untuk menyelesaikan pekerjaan. Saat itu juga kebersamaan kami hilang.

Mungkin banyak dari orang menginginkan apa yang aku punya sekarang, tapi ini semua tidak seindah itu. Bahkan jika aku di beri pilihan oleh tuhan, aku akan memilih mamah dan papa.

Pagi ini aku malas untuk pergi kesekolah, malas bertemu dengan teman-teman, malas untuk bertemu siapapun. Semua sama, lebih mementingkan kebahagian mereka sendiri dari pada kebahagiaan bersama. Seperti itulah mama dan papa. Selalu marah ketika aku mencoba membujuk mereka untuk kembali. Dengan alasan “ kami bekerja untuk kebutuhan kamu tal! “ 

***

Seperti biasanya, kembali ke rumah setelah pulang sekolah aku harus menaiki angkutan umum. Sopir pribadi ku telah berhenti 3 bulan yang lalu. Mau tidak mau aku harus menaiki kendaraan umum berangkat ataupun pulang sekolah.

Tag
Share