RAHMAT MIRZANI

Dinilai Setengah Hati Tangani Konflik Satwa di Lambar, BKSDA Tak Terima

PERANGKAP: Kandang perangkap harimau sumatera terpasang aktif di beberapa lokasi di Suoh dan BNS, Lampung Barat.--FOTO ISTIMEWA

LAMBAR - Anggota DPRD Lampung Barat yang juga pembina Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Konflik Satwa di Kecamatan Suoh dan Bandarnegeri Suoh (BNS) Sugeng Hari Kinaryo Adi menilai apa yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung-Bengkulu setengah hati dalam penanganan konflik satwa.
 
Menurut Sugeng, BKSDA tidak pernah serius menangani konflik satwa di Kecamatan Suoh dan BNS. "Bahkan saat ini upaya-upaya penanganan konflik satwa dan manusia hanya dilakukan tim gabungan yang terdiri atas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), TNI-Polri, dan Satgas," tegasnya.
 
Politisi PDIP ini tak segan menyebut BKSDA lepas tanggung jawab terkait konflik satwa yang terjadi Lambar. Bukan tanpa alasan, Sugeng membeberkan mulai dari konflik gajah liar dan manusia.
 
Menurut Sugeng, konflik gajah liar dan manusia sudah terjadi lima tahun terakhir belum ada langkah konkret dari BKSDA. ''Hanya sempat memasang GPS Collar dan saat ini 18 ekor kawanan gajah liar tersebut sudah tanpa GPS Collar. Gajah liar sudah banyak merugikan masyarakat karena memasuki areal pertanian  yang menjadi mata pencaharian," ujarnya.
 
Selanjutnya terkait dengan konflik harimau, kata Sugeng, sebelumnya telah dilakukan pembentukan tim di mana BKSDA dilibatkan bahkan diharapkan memotori penanganan. ''Tapi, BKSD setengah hati. Hanya beberapa hari  di Suoh dan BNS. Itu pun dengan jumlah personel yang hanya sedikit dan tidak pernah bergabung dengan tim lain," katanya.
 
Terakhir konflik beruang dan manusia di mana dua ekor kambing milik warga mati dengan kondisi yang mengenaskan. Dalam konflik ini, kata Sugeng, tidak ada tanda-tanda dari BKSDA akan turun dan mencari solusi agar konflik ini tidak terus terjadi. ''Intinya, BKSDA lepas  tanggung jawab. Saat ini beban diserahkan ke TNBBS, TNI-Polri, dan Satgas," ungkapnya.
 
Terkait hal ini, pihak BKSDA Bengkulu SKW III Lampung tidak terima dinila lepas tanggung jawab soal mengatasi konflik satwa yang terjadi di Lambar.
 
Apriyan Sucipto, pihak BKSDA Bengkulu
SKW III Lampung, menyampaikan bahwa SKW III Lampung sudah bekerja semaksimal mungkin.  "Sampai hari ini sudah 6 kandang perangkap terpasang aktif di beberapa lokasi di Suoh dan BNS. Rinciannya,  4 kandang besi dan 2 kandang rakitan hasil inisiatif dari TSI," sebutnya.
 
Hasil kesepakatan, Tim Gugus Tugas terbagi menjadi tiga. Tim 1 susur tapak satwa HS, Tim 2 verifikasi dan install kandang jebak di sekitar temuan tapak, dan Tim 3 blokade dan sosialisasi ke masyarakat untuk penanggulangan konflik satwa.
 
''Pernyataan yang diutarakan Sugeng tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Malah membuat gaduh suasana tim yang bekerja di lapangan. Sebaiknya beliau tidak memberikan komentar negatif. Harusnya beliau sebagai tokoh masyarakat dapat memberikan sikap positif yang bisa memberikan energi positif kepada tim dan memenangkan masyarakat," tegas Apriyan. (nop)
 
 
 

Tag
Share