Sasa Sang Anak Indigo

-ILUSTRASI NICK MAGWOOD/PIXABAY-

Wajah Sasa semakin pucat karena secara tiba-tiba lehernya terasa tercekik. Terlihat olehnya tangan penuh darah dengan jari yang hilang terjulur ke arahnya. Melihat itu, dengan cepat ia bangun dari duduknya dan perlahan memojokkan tubuhnya ke dinding. "Farah, kumohon bantu aku!" 

Wuusssh…

Napasnya tersengal saat merasakan cekikan di lehernya yang semakin kuat. Sasa berusaha menghirup oksigen, tetapi tidak bisa. Cekikan yang begitu kuat membuatnya tak bisa bernapas. Dengan tangan gemetar, Sasa menarik tangan dingin penuh darah itu agar cekikan di lehernya merenggang. Namun, upaya Sasa untuk melepaskan diri itu sia-sia karena wanita itu semakin kuat mencekiknya. Air mata keluar dari sudut matanya dan pandangannya mulai memudar.

"Farah," gumam Sasa.

"Lepaskan tanganmu dari temanku!" teriak Farah.

Tatapan membara penuh kemarahan terlihat pada Kayla. Ya, wanita itu bernama Kayla, seorang siswi kelas XI. Dua tahun yang lalu, dia meninggal terjatuh dari tangga akibat perundungan beberapa siswi di sekolahnya. Jika melihat jari tangannya yang hilang, tampak luka tersebut disebabkan pecahan kaca yang jatuh tepat mengenai jari tangannya. Ternyata, kejadian tersebut membuatnya tidak tenang. Dia menginginkan semua siswa yang merundungnya mati. Sebenarnya ini tujuan utama mengapa ia ingin menggunakan tubuh Sasa untuk membunuh para perundung itu.

“Sasa tersenyum melihat kehadiran Farah yang kini tepat berada di hadapannya.” Sebelum kegelapan merenggut kesadarannya, ia menatap ke arah Kayla. 

"Tolong, ikhlaskan kematianmu. Aku tahu kamu belum bisa menerima kenyataan jika dirimu sudah mati. Tetapi ingatlah, semua orang termasuk orang tuamu sudah mendoakanmu agar pergi meninggalkan dunia ini dengan tenang tanpa ada rasa dendam. Terimalah keadaanmu. Aku akan membantumu agar bisa pergi dari sini dengan tenang," ucap Sasa dengan senyumannya. 

Mendengar itu, Kayla tidak ikhlas dan masih tetap ingin membalaskan dendamnya. Namun, dia juga sadar keluarganya sudah mengikhlaskan kepergian dirinya tanpa membawa kasus yang dialaminya ke ranah hukum. Dia tidak bisa kembali bersama keluarganya. Mengapa keluarganya tidak mengerti itu? Dia hanya ingin para manusia terkutuk itu seperti dirinya. Baginya, nyawa harus dibalas dengan nyawa.

Kayla menatap Sasa dengan tajam. Di matanya para manusia tidak akan mengerti sebelum mereka merasakan juga penderitaannya. Manusia ini harus mati juga seperti dirinya.

"Kamu sama saja dengan mereka. Kamu juga harus mati!" teriak Kayla dengan penuh amarah.

Sasa yang melihat suasana semakin tidak kondusif langsung bangun. Sementara itu, Farah menahan Kayla agar tidak melukai sahabatnya. Namun, Kayla yang energinya semakin menguat mampu melepas cengkeraman Farah. Tatapan Kayla semakin menyeramkan. Sasa meringis saat tubuh kecilnya membentur lantai dengan keras. Dia merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Pandangan Sasa yang mulai kabur membuat kesadarannya semakin menipis. Dalam pergulatan batin, Ia berucap lirih, "Aku harap masih bisa melihat hari esok". Tamat

 

 

Tag
Share