Gibran Dinilai Belum Pantas Duduki Kursi Ketua Umum Partai Golkar

Gibran Rakabuming Raka saat menjawab pertanyaan dari awak media di Balai Kota, Jumat (16/2/2024). -FOTO SILVESTER KURNIAWAN/RADAR SOLO -

“Jadi konflik itu memang tidak harus selalu dibunuh seperti di partai-partai yang memang punya tokoh sentral mereka yang berkonflik atau menciptakan konflik disingkirkan gitu misalnya, tapi kalau di Golkar saya lihat itu konfliknya justru dikelola dan menjadi kekuatan dan sosok itu yang diperlukan oleh organisasi semacam Golkar,” ucapnya.

Lebih lanjut Usep menyatakan nama-nama politisi Golkar yang namannya mencuat untuk maju sebagai ketum Golkar seperti Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Bahlil Lahadalia dianggap sebagai kader yang cukup layak menjadi Golkar satu daripada Gibran Rakabuming Raka.

Sebab menurutnya, kalaupun Gibran maju menjadi ketum Golkar minimal harus menunggu satu generasi lagi.

“Kalau saya lihat di Golkar itu juga belum bisa melepaskan dari tokoh-tokoh level kayak Airlangga, Bamsoet, Agus Gumiwang dan Bahlil, jadi tokoh-tokoh ini juga tokoh muda juga. Menurut saya Gibran masih satu generasi lagi saya kira untuk mengajukan diri di politik Golkar,” urainya.

Dikatakan Usep, Gibran juga dinilai masih di bawah kapasitas tokoh muda Golkar lainnya seperti Maman Abdurrahman, Ahmad Doli Kurnia, Ace Hasan Syadzily dan tokoh muda lainnya.  

“Memang ada level-level lain kayak Maman Abdurrahman, TB Hasan tapi itu di bawah Airlangga, Bahlil segala macam. Nah Gibran itu lebih di bawah lagi saya kira levelnya dari segi usia dari segi kematangan itu lebih di bawah lagi, belum terlihat kemandirian politik dari Gibran yang menurut saya membutuhkan waktu,” ungkapnya.

Sementara itu, terkait posisi Gibran yang akan dilantik menjadi wakil presiden (wapres) seperti halnya yang terjadi dengan Jusuf Kalla (JK) menjadi wapres sekaligus saat memimpin Golkar periode 2004-2009 memiliki perbedaan yang cukup tajam.

Usep menguraikan dari segi usia dan pengalaman berpolitik antara Gibran dan JK sangat jauh berbeda. JK matang berorganisasi dan tidak pernah pindah partai selain Golkar, sementara Gibran kebalikannya masih terlalu muda dan baru saja pindah dari PDIP.

“Karena JK itu kan juga kesejarahan di Golkar panjang jadi bukan orang karbitan di Golkar, JK di sana panjang dan punya faksi politik di Golkar itu kan paling penting ada faksi politik yang mendukung JK dari sebelumnya, JK kan seumur-umur di Golkar tidak di partai lain,” paparnya.

- Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari ikut menyoroti sejumlah nama dalam bursa Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar pada musyawarah nasional (munas) yang rencananya digelar pada Desember 2024.

Menurut Qodari, dalam kontestasi pucuk pimpinan di Partai Golkar kali ini sangat menarik. Karena nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikaitkan sebagai sosok yang akan menduduki kursi orang nomor satu di partai berlambang pohon beringin itu. Meskipun dalam hal ini, dia mengaku memiliki pandangan yang berbeda.

’’Sebagai partai besar tentu Golkar partai yang sangat menarik untuk dibahas dan didiskusikan, dan karena itu kemudian dikaitkan dengan Pak Jokowi sebagai calon potensial untuk menjadi Ketua Umum Golkar ke depan,” ujar Qodari, Selasa (12/3).

’’Nah, saya mungkin berbeda dengan beberapa pandangan atau analisis yang berkembang. Menurut saya, Pak Jokowi tidak akan masuk ke Partai Golkar. Beliau tidak akan menjadi ketua umum dan tetap menjadi tokoh yang berada di atas semua partai politik,” katanya.

Diketahui, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebut sejumlah nama pun muncul menjadi kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Mereka adalah Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Bahlil Lahadalia, dan Agus Gumiwang Kertasasmita.

Qodari juga memiliki pandangan berbeda dari sejumlah analisis dan pandangan terkait nama populer yang beredar tersebut. Ia menyebut satu nama yang potensial di luar nama yang disebutkan Bamsoet, yakni Gibran Rakabuming Raka.

Tag
Share