UNIOIL
Bawaslu Header

Beda yang Sama

Ilustrasi -Mohammed Hassan/Pixabay-

Aku terperangah. Entah siapa yang harus kupercaya. Jika Kak Bianca sudah punya kekasih, kenapa harus marah dan tak suka pada kedekatanku dengan Kak Naufal?

Aku yang tak suka memiliki masalah dengan cepat meminta maaf pada Kak Bianca, meski aku tak bersalah. Agar masalah ini cepat selesai.

Setelah permasalahanku dengan Kak Bianca berakhir damai, aku dan Kak Naufal semakin dekat. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Hingga suatu hari, pria itu mengungkapkan cintanya padaku.
Entah rasa apa yang harus kurasakan.

Bahagia karena ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan ataukah... Entahlah aku juga tak tahu. Aku bingung.
Entah ekspresi apa yang harus kutunjukkan saat pria itu berkata, "Maukah kau berkencan denganku?"

Aku tercekat mendengarnya. Hatiku berkecamuk. Pikiranku melayang mencari sebuah jawaban. Banyak pertimbangan.

Jika aku menerimanya, bisakah aku menjawab setiap pertanyaan? Sanggupkah aku menerima segala kenyataan yang akan terjadi? Mampukah aku mempertahankan hubungan? Namun, jika aku tak menerimanya itu, bisakah aku menjalani cinta satu arah? Sanggupkah aku menghilangkan rasa ini? Mampukah aku terbang menuju hati yang lain ketika sayapku patah karenanya?

BACA JUGA:Bronze

Sesaat akau gamang. Menerima atau menolak cintanya.
Lima bulan berlalu dengan indah. Masalah pertama hadir tanpa diduga. Namun, pengertian dan mengalah menjadi solusinya. Meski aku dan pria itu berbeda, tapi kami sangat mencinta. Saling mengalah, menurunkan ego di setiap perdebatan kecil dengan alasan kami tak ingin berpisah.

Setelah sekian lama kami bersama. Menjalin asmara dengan lika-likunya. Menentang hal yang paling sakral bagi manusia mengatasnamakan cinta.
Semakin lama aku dan pria itu bersama, semakin aku memikirkan segala hal yang mungkin akan terjadi nanti. Entah restu akan kami raih ataukah tidak. Entah bahagia akan kami capai ataukah tidak. Kami tak tau karena cerita ini tak akan pernah berhenti. Kami yakin ada jalan untuk menyatu.

****
Tepat di bawah bulan yang bersinar sebagai penerang kehidupan. Disaksikan oleh ribuan bintang yang menggantung di langit malam. Aku bertemu dengan pria itu. Memandang indahnya dunia malam bersama sang pujaan.

Hening. Hanya gesekan angin dengan pohon yang menggugurkan dedaunan sebagai pemecah keheningan.
Pria itu menggenggam tanganku, menatap lekat ke manik mataku.
"Kita akan tetap bersama apa pun penghalangnya."

Bibir pria itu tertarik ke atas membuat sebuah lengkungan kebahagian.
"Kenapa? Apa kau tak percaya pada ucapanku?"
Dahi pria di sampingku ini berkerut setelah melihat perubahan ekspresi di wajahku. Aku tak mampu memandang wajahnya.

"Bukan begitu, tapi banyak pertanyaan yang melintas di pikiranku."
Aku melepas genggaman tangan kami. Kujatuhkan tubuhku di atas rumput hijau dengan kedua tangan sebagai bantalan.

BACA JUGA:Manusia Pilihan

"Di manakah tempat yang akan menyakralkan kita kelak? Di mana tempat yang akan menyatukan kita kelak?"
Mataku mulai berair mengatakan hal itu. Pria itu menatapku sejenak, kemudian menjatuhkan tubuhnya seperti yang kulakukan.

Tag
Share