Tren Terarium, Dulu Miniatur Hutan, Kini Jadi Diorama

LUCU DAN APIK: Menggunakan pinset khusus, Tessa Octavia meletakkan lumut hutan agar melekat pada batu alam. -FOTO DIMAS MAULANA/JAWA POS-

Saat menguning, lumut sebenarnya masih bisa diselamatkan. Caranya mengevaluasi kebutuhan cahaya dan kelembapannya. ”Bisa jadi cahayanya cukup, tapi udaranya terlalu panas,’’ kata Tessa.

Solusinya, penyemprotan rutin bisa ditingkatkan hingga warna lumut kembali menghijau. Normalnya, penyemprotan terarium cukup dilakukan dua hari sekali. Setelah itu, terarium sebaiknya ditutup dengan tutup kaca.

Gunakan penyemprot dengan lubang yang kecil sehingga air terdistribusi merata ke semua bagian terarium.

BACA JUGA:Tips Memperbanyak Kaktus Hias Gymno

’’Jadi rata, kalau pakai yang nozzle-nya besar, malah airnya cepat jatuh ke lapisan bawah,” jelas Tessa. Lapisan pasir dan batu memang berguna untuk menjaga kelembapan, tapi jika air langsung jatuh, maka penyerapan oleh lumut juga kurang optimal.

Selain menjaga asupan air dan cahaya, Tessa mengingatkan pentingnya trimming untuk lumut. Meski lambat, lumut tetap bisa tumbuh, bahkan memanjang ke area hiasan.

”Jadi, misal sudah setahun gitu, biasanya baru kelihatan lumutnya sudah meluber. Bisa dipotong langsung dengan gunting mini. Atau, dibawa ke penggiat terarium untuk dirapikan,” ungkapnya.

Tessa menjelaskan bahwa terarium seperti ini cocok sebagai hiasan rumah bagi pencinta tanaman pemula. Selain butuh perhatian yang minim, terarium punya magnet tersendiri bagi para tamu.(*)

Artikel ini telah tayang di Jawapos.com berjudul Tren Terarium, Dulu Miniatur Hutan, Kini Diorama

 

Tag
Share