Tren Terarium, Dulu Miniatur Hutan, Kini Jadi Diorama

LUCU DAN APIK: Menggunakan pinset khusus, Tessa Octavia meletakkan lumut hutan agar melekat pada batu alam. -FOTO DIMAS MAULANA/JAWA POS-

Kecantikan terarium belum pudar. Kini, terarium tak hanya meniru nuansa hutan di dalam ruang kaca yang sempit. Beberapa kolektor mulai menghias terarium mereka dengan pernak-pernik lucu nan imut.
________________________________
GELAS-gelas kaca setinggi 10 sentimeter itu diisi dengan banyak lapisan batu dan tanah. Dalam menyusun terarium, beberapa bahan yang dibutuhkan adalah lapisan batu koral, pasir malang, batu apung, pasir hias, dan substrat untuk lumut.

”Karena tantangannya gimana supaya sebagai medium itu kuat, tapi juga tampilannya cantik dari luar,’’ jelas Tessa Octavia, perajin terarium.

Dia menyatakan, terarium kini makin variatif. Sebelumnya, tema hutan memang paling banyak ditemui. Sementara itu, peminat terarium kini makin banyak dengan tema kesukaan yang beragam.

BACA JUGA:Inilah 8 Jenis Ras Kucing Langka di Dunia, Nomor 5 Jago Memancing Ikan

’’Contohnya tema air terjun, rumah-rumahan, sampai jenis hewan-hewan lucu juga naik permintaannya,” jawab pemilik Laplante.id itu. Tessa lebih banyak menggunakan bahan gelas setinggi 10 sentimeter untuk wadah terarium.

Namun, banyak pula peminat yang pesan khusus dengan botol kaca pribadi. Makin kecil, makin menantang.
”Apalagi kalau temanya agak sulit,” ujarnya.

Dia harus merangkai miniatur dengan pinset khusus. ”Terutama untuk menjaga lumut supaya tetap nempel di batu alamnya,” tuturnya.

Penggunaan ornamen pada terarium juga tak sembarangan. Tessa menyatakan, bahan resin jadi salah satu yang tangguh digunakan untuk ruang lembap.

BACA JUGA:Tips Anggrek Agar Tumbuh Optimal, Harus Sesuaikan dengan Karakter Media Tanam

Lem yang dipakai untuk merangkai terarium berjenis lem bening atau lem korea. ’’Jadi nggak panas saat dipakai. Lebih enteng dan nggak mengganggu tanaman,” jelas perempuan asli Surabaya itu.

Perawatan terarium, menurut Tessa, tidak terlalu rumit. Dia menyarankan penggunaan lumut hutan supaya tangguh saat dirawat. ”Nggak banyak mau dan strong,” paparnya.

Lumut hutan hanya membutuhkan cahaya cukup dan kelembapan yang stabil. Terarium harus ditempatkan di dalam ruangan, tetapi juga tetap terjaga asupan cahayanya. Yakni, 6–12 jam sehari.

BACA JUGA:Eksotisnya Bonsai Santigi Akar Terikat Karang Besar Harga Makin Mahal

”Sebenarnya boleh di teras, tapi jangan sampai kena matahari langsung,” tegasnya. Penggunaan lampu biru atau lampu UV juga harus dihindari. Sebab, sinar yang terlalu kuat malah bikin lumut bisa menguning, bahkan mati dan kering.

Tag
Share