AI Bubble Ramai Dibahas

Ilustrasi AI. --FOTO FREEPIK

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, istilah AI bubble semakin sering dibahas dalam berbagai forum teknologi.

 

Banyak kalangan mempertanyakan apakah pertumbuhan pesat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) saat ini benar-benar sehat atau sekadar euforia sesaat yang berpotensi berakhir seperti gelembung dot-com pada awal 2000-an.

 

Kekhawatiran tersebut semakin menguat ketika perusahaan-perusahaan teknologi raksasa berlomba menginvestasikan dana besar untuk pengembangan AI, mulai dari pembangunan data center, pembelian graphics processing unit (GPU), hingga pembuatan model-model baru yang semakin canggih dan kompleks.

 

Jika dilihat sekilas, perkembangan AI memang terlihat sangat cepat. Forbes mencatat lonjakan valuasi perusahaan, seperti Nvidia, Microsoft, dan Google yang meningkat drastis hingga dianggap tidak masuk akal oleh sebagian analis.

 

Bahkan menurut analisis World Economic Forum, pencarian kata kunci AI bubble sempat melonjak tajam karena banyak tokoh teknologi dan ekonomi memberikan pandangan kritis tentang prospek industri AI ke depan.

 

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar dari masyarakat, apakah kita sedang menyaksikan kemajuan teknologi terbesar abad ini, atau justru berada dalam gelembung besar yang siap pecah kapan saja?

 

Di sisi lain, ada pula pendapat kekhawatiran tersebut tidak sepenuhnya tepat. Berbeda dengan era dot-com yang dibangun di atas prediksi dan spekulasi, permintaan terhadap layanan AI modern justru sudah nyata, jelas, dan terkontrak dalam jangka panjang.

 

Tag
Share