AI Bubble Ramai Dibahas
Ilustrasi AI. --FOTO FREEPIK
Infrastruktur AI berkembang bukan karena hype semata, tetapi karena kebutuhan energi, komputasi, dan data yang sangat besar untuk mendukung model kecerdasan buatan. Inilah yang membuat perdebatan tentang AI bubble semakin relevan untuk dipahami secara lebih sederhana.
Apa itu AI bubble? AI bubble adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekhawatiran pertumbuhan industri kecerdasan buatan mungkin tidak berkelanjutan dan berpotensi runtuh seperti gelembung pasar lainnya. Secara umum, bubble terjadi saat valuasi perusahaan naik terlalu cepat tanpa disertai fundamental yang kuat.
Namun dalam konteks AI, banyak ahli menilai sektor ini tidak dapat diperlakukan seperti software pada umumnya. Pengembangan AI membutuhkan infrastruktur besar, energi besar, dan komputasi besar.
Pertumbuhannya lebih mirip pembangunan jaringan listrik atau telepon pada era awal, yang mana biaya besar merupakan bagian dari pembangunan fondasi industri baru.
Dengan demikian, tingginya investasi bukan otomatis berarti gelembung, melainkan proses membangun pondasi jangka panjang.
Mengapa kekhawatiran AI bubble muncul? Kekhawatiran ini muncul karena banyak orang masih menggunakan cara pandang lama untuk menilai fenomena baru. Ketika melihat perusahaan teknologi menghabiskan miliaran dolar, sebagian orang langsung mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu seperti dot-com crash.
Kehadiran tokoh-tokoh, seperti Michael Burry yang memperingatkan potensi risiko juga menambah keraguan publik terhadap kelanjutan industri ini.
Tren pemberitaan mengenai biaya operasional AI yang sangat besar turut memperkuat anggapan terjadi investasi berlebihan. Namun faktanya, permintaan AI saat ini benar-benar nyata.