Kader Gerindra Tolak Rencana Budi Arie Gabung Partai, Pengamat Sebut Projo “Penumpang Gelap Politik”

Pengamat politik menilai rencana Budi Arie masuk Gerindra bisa memicu friksi antara kader lama dan relawan Projo. -FOTO DISWAY -

JAKARTA – Rencana Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, untuk bergabung dengan Partai Gerindra mendapat penolakan dari berbagai Dewan Pimpinan Cabang (DPC) partai pimpinan Presiden Prabowo Subianto di sejumlah daerah.
Pengamat politik Universitas Nasional (UNAS), Selamat Ginting, menilai gelombang penolakan ini menunjukkan potensi gesekan internal di tubuh Gerindra antara kader lama dan relawan Projo.
“Pasti akan terjadi gesekan di internal Gerindra, antara kader lama dan relawan Projo. Faktanya, beberapa pengurus daerah Gerindra — khususnya yang berpegang pada garis ideologis partai — sudah menolak keras rencana ini karena menganggap Projo sebagai penumpang gelap politik,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (11/11/2025).
Menurut Selamat, langkah Budi Arie bergabung ke Gerindra tidak serta-merta mendongkrak elektabilitas partai. Publik justru bisa menilai langkah tersebut sebagai manuver oportunis politik.
 “Elektabilitas Gerindra mungkin tidak langsung naik, karena publik melihat langkah ini oportunis,” ujarnya menambahkan.
Dalam jangka menengah, kata Selamat, jika Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka diproyeksikan sebagai suksesor pada Pemilu 2029, maka keberadaan Projo di tubuh Gerindra bisa menjadi sayap loyalis Jokowi–Gibran yang mempersiapkan transisi politik.
“Ini bisa memperkuat posisi Jokowi sebagai kingmaker informal. Tapi juga berpotensi memunculkan friksi internal antara kubu ‘Prabowo murni’ dan Jokowi–Gibran,” jelasnya.
Selamat menilai langkah politik ini menjadi sinyal bahwa politik Indonesia kini semakin cair dan tidak lagi berbasis ideologi.
 “Kita sedang melihat lahirnya politik pasca-figur, di mana relawan bukan lagi alat rakyat, tapi alat kekuasaan untuk melanggengkan dinasti dan pengaruh,” terangnya.
Ia menambahkan, rencana Projo bergabung ke Gerindra merupakan drama politik sarat simbol, yang menandakan bahwa era Jokowi belum berakhir, melainkan tengah bertransformasi menjadi jaringan kekuasaan baru di bawah Prabowo.
 “Namun, bila manuver ini gagal dikelola, ia justru bisa menjadi beban elektoral bagi Gerindra, merusak citra bersih Prabowo, dan menandai akhir dari romantisme relawan politik di Indonesia,” tutupnya.
Ketua PD Tidar Jawa Barat (Jabar) Al Akbar Rahmadillah menanggapi kabar rencana Ketua Projo Budi Arie Setiadi bergabung ke Partai Gerindra.
Akbar menegaskan Gerindra adalah partai yang terbuka bagi siapa pun yang ingin ikut berjuang demi bangsa dan negara. Namun, ia mengingatkan pentingnya mencermati rekam jejak dan motivasi politik dari pihak yang ingin bergabung.
“Gerindra memang partai yang inklusif, tetapi kami juga perlu mencermati rekam jejak serta konteks politiknya. Kami mencermati kabar Budi Arie masuk Gerindra,” tegas Akbar, Sabtu (8/11/2025).
Menurutnya, Gerindra tidak boleh dijadikan tempat berlindung bagi kepentingan politik pribadi.
“Kami dibina oleh Pak Prabowo untuk berjuang demi kesejahteraan rakyat. Kader bekerja keras membesarkan partai dengan keringat dan pengorbanan. Jangan sampai ada yang datang hanya untuk mencari perlindungan atau keuntungan,” ujarnya.
Akbar berharap suara kader Tidar Jawa Barat menjadi pertimbangan bagi struktur pusat dalam menyikapi rencana tersebut. Ia mengingatkan bahwa proses kaderisasi di Gerindra memiliki tahapan dan landasan ideologis yang jelas.
“Setiap kader Gerindra melalui pengkaderan yang berjenjang dan sistematis. Bukan muncul tiba-tiba karena ada kepentingan,” ucapnya.
Akbar menegaskan aspirasi Tidar Jawa Barat bukan bentuk penolakan terhadap siapa pun secara personal, tetapi sebagai pengingat agar nilai dan budaya kaderisasi partai tetap terjaga.
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Said Abdullah menanggapi langkah politik Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi yang mengungkap keinginan untuk bergabung ke Partai Gerindra.
Menurut Said, langkah itu bisa jadi merupakan bagian dari strategi pribadi Budi Arie dalam menggiring organisasi relawan Projo menuju partai pimpinan Presiden Prabowo Subianto tersebut.
’’Kalau Budi Arie hari ini menggiring Projo ke Gerindra, kepada Bapak Prabowo, logika politiknya barangkali seperti itu. Dari sisi kacamata Budi Arie, itu kalkulasi politiknya,” ujar Said di Kompleks Parlemen, Selasa (4/11/2025).

Said menilai hanya Budi Arie sendiri yang tahu alasan sebenarnya di balik manuver politik tersebut.

“Apakah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Budi Arie, tentu Budi Arie yang lebih tahu. Bahwa dia mendukung Bapak Prabowo sambil bonceng sesuatu di belakangnya dengan nitip Pak Gibran, ya biasa saja. Itu strategi politik,” tuturnya.

Politisi PDIP itu menepis anggapan bahwa langkah Budi Arie ke Gerindra dilakukan karena ingin mencari zona aman dari kasus judi online (judol) yang sempat menyeret namanya.

“Saya tidak melihat dari sisi itu, karena bagi Gerindra itu bukan tempat kumpulannya para kriminal. Gerindra bukan tempat berkumpulnya orang yang mencari perlindungan pidana,” tegas Said. (disway/c1/abd)

Tag
Share