Era Digital Harus Bijak Hadapi Godaan Belanja Impulsif
--FOTO UNSPLASH.COM
Selain itu, strategi pemasaran juga berperan besar. Iklan yang menarik, warna-warna mencolok, hingga kata-kata seperti "hanya hari ini" atau "tersisa 3 produk lagi."
Itu memicu rasa takut ketinggalan (fear of missing out/FOMO). Akibatnya, kita merasa harus segera membeli. Meskipun sebenarnya tidak butuh.
Sebelum mampu mengendalikan kebiasaan belanja impulsif, penting untuk mengenali tandanya. Berikut beberapa ciri umum seseorang yang sering belanja impulsif:
Membeli tanpa rencana. Anda tidak benar-benar membutuhkan barang tersebut. Tapi, tetap membelinya karena terlihat menarik.
Menyesal setelah belanja. Rasa senang hanya bertahan sebentar. Lalu digantikan penyesalan atau rasa bersalah.
Sering tergoda diskon, label "sale" atau "50% off". Itu membuat siapa saja sulit menolaknya. Akhirnya berbelanja barang yang tak penting. Tak benar-benar dibutuhkan.
Mengabaikan kondisi keuangan. Kadang Anda membeli sesuatu padahal tahu saldo sudah menipis.
Menyembunyikan barang baru karena malu atau merasa bersalah. Karena barang itu sebenarnya tidak benar-benar penting.